Emosi Ratapan Anak Tiri dan Perceraian Orangtua, Siapa Yang Peduli
Betapa malang nasibku / Semenjak ditinggal ibu / Walau kini dapat ganti/ Seorang ibu, ibu tiri // Tiada sama rasanya / Ibu kandung yang tercinta / Menyayang sepenuh jiwa / Penuh kasih lagi mesra.
Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja / Selagi ayah di sampingku, ku dipuja dan dimanja / Tapi bila ayah pergi, ku dinista dan dicaci / Bagai anak tak berbakti, tiada menghirauku lagi //
Penggalan syair Lagu "Ratapan Anak Tiri" itu, sempat viral di nun kala itu, tahun 1973, bersamaan dirilisnya film dengan judul sama, dibintangi artis cilik Faradilla Sandy. Â
Dan film itu seperti menjadi stereotip di masyarakat bahwa "Semua Ibu Tiri adalah sosok Mak Lampir jahat bagi anak anak", buktinya perilaku si ibu tiri itu tergambar di sepanjang film yang membuat derita si anak tiri, berderai derai air matanya.
Dan hati semua penonton "Ratapan Anak Tiri" serasa geram kepada si Ibu Tiri, sekaligus iba dan turut nyesek melihat nasib si anak tiri.
Ilustrasi sekilas kisah lagu "Ratapan Anak Tiri" di atas, sepertinya itu refleksi sosial kehidupan nyata di sekitar kita, hingga saat ini. Mungkin saja begitu.
Ulasan pendek ini ingin menyuarakan suatu pesan bahwa tindakan perceraian kedua orangtua akan berdampak langsung pada perkembangan emosi anak. Seberapa jauh derita itu mendera anak-anak? Dan bagaiman orangtua musti peduli?
Alasan Perceraian Orangtua
Ada berbagai alasan mengapa suami istri memutuskan untuk bercerai. Setiap pasangan memiliki dinamika dan masalah yang unik. Tetapi penulis mencatat, beberapa alasan umum yang sering menjadi penyebab perceraian antara suami istri meliputi:
Ketidakcocokan dan perbedaan yang tak teratasi: Suami istri dapat mengalami perbedaan yang signifikan dalam nilai-nilai, tujuan, minat, atau pandangan hidup yang membuat mereka sulit untuk mencapai kesepakatan dan keharmonisan dalam hubungan mereka.
Ketidaksetiaan atau perselingkuhan: Perselingkuhan sering kali menjadi pemicu perceraian. Ketidaksetiaan menghancurkan kepercayaan dan dapat menyebabkan keretakan yang tidak bisa diperbaiki dalam hubungan.
Masalah komunikasi dan konflik yang tidak teratasi: Komunikasi yang buruk atau kurangnya keterampilan komunikasi yang efektif dapat menyebabkan penumpukan ketegangan, konflik berulang, dan ketidakpuasan dalam hubungan. Jika masalah komunikasi tidak dapat diatasi, dapat menjadi faktor yang memicu perceraian.
Perbedaan dalam harapan dan peran dalam pernikahan: Ketidakcocokan dalam harapan dan peran yang diinginkan dalam pernikahan sering kali menyebabkan ketegangan dan konflik. Jika pasangan tidak dapat mencapai kesepakatan tentang tanggung jawab dan peran masing-masing, perceraian mungkin menjadi pilihan terakhir.
Masalah keuangan: Masalah keuangan, seperti hutang yang berlebihan, ketidakmampuan untuk mengelola keuangan secara bersama-sama, atau perbedaan pendapat tentang prioritas pengeluaran, dapat menimbulkan konflik serius dalam pernikahan yang pada akhirnya menyebabkan perceraian.
Kekerasan dalam rumah tangga: Kekerasan fisik, emosional, atau seksual dalam rumah tangga adalah penyebab serius perceraian. Situasi yang tidak aman dan berbahaya ini dapat memaksa pasangan untuk mencari perlindungan dan meninggalkan hubungan yang tidak sehat.
Ketidakpuasan secara umum: Ketidakpuasan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kehidupan seksual yang tidak memuaskan, ketidakbahagiaan secara emosional, atau perasaan tidak dihargai, dapat membuat suami istri merasa bahwa pernikahan tidak lagi memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut penulis, setiap situasi perceraian memiliki konteks dan dinama yang unik. Seringkali ada kombinasi dari beberapa faktor penyebab di atas yang saling berhubungan.
Terkadang, perceraian menjadi pilihan yang sulit, tetapi diperlukan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi pribadi suami dan istri yang bercerai.
Penderitaan Anak Anak, Mengalami Luka Batin Serius
Lebih dalam lagi, marilah mengkalkulasi, kondisi apa saja, baik mental dan psikologis anak yang berpotensi dialami anak anak, ketika mengalami situasi dimana kedua orangtua mereka bercerai. Menurut catatan penulis, umumnya ada beberapa kondisi buruk berpotensi dialami oleh anak anak, antara lain:
Stres dan kecemasan:Â Anak-anak yang mengalami perceraian orangtua seringkali mengalami tingkat stres yang tinggi. Mereka mungkin khawatir tentang masa depan keluarga mereka, merasa tidak aman, atau takut kehilangan hubungan dengan salah satu orang tua.
Gangguan emosional:Â Anak-anak yang menghadapi perceraian orangtua cenderung mengalami gangguan emosional seperti kesedihan, kehilangan, marah, atau kebingungan.Â
Mereka mungkin merasa bersalah atau bertanggung jawab atas perceraian tersebut, meskipun sebenarnya itu bukanlah kesalahan mereka. Anak anak akan dipenuhi oleh derita dan luka luka batin yang nggares atau mendalam secara serius.
Kesulitan dalam hubungan sosial:Â Perceraian dapat memengaruhi kemampuan anak untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial. Mereka mungkin mengalami kesulitan mempercayai orang lain, sulit beradaptasi di sekolah, atau merasa terisolasi dari teman-teman mereka.
Penurunan kinerja akademik: Anak-anak yang mengalami perceraian orangtua sering menghadapi tantangan dalam hal konsentrasi dan motivasi di sekolah. Kehidupan keluarga yang terganggu dan perubahan yang terjadi dapat mengganggu fokus mereka pada prestasi akademik.
Masalah kesehatan mental:Â Perceraian orangtua dapat meningkatkan risiko anak mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan perilaku. Mereka mungkin membutuhkan dukungan dan perhatian ekstra untuk mengelola emosi dan mengatasi tantangan yang dihadapi.
Merawat Emosi dan Kesehatan Mental Anak
Merawat emosi dan kesehatan mental anak setelah perceraian orangtua merupakan hal yang sangat penting. Mungkin beberapa tips ini bisa membantu merawat emosi dan kesehatan mental anak dalam menghadapi dampak perceraian orangtua. Di antaranya:
Jaga komunikasi terbuka:Â Dorong anak untuk berbicara tentang perasaan dan pikiran mereka terkait perceraian. Dengarkan dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi. Pastikan anak tahu bahwa mereka bisa mengungkapkan emosi mereka dengan aman dan tanpa takut dihakimi atau disalahkan.
Tetap memberikan cinta dan perhatian: Pastikan anak merasa dicintai dan diperhatikan, baik oleh Anda maupun oleh orang tua lainnya, misalnya nenek, tante, paman. Berikan dukungan emosional yang konsisten dan tunjukkan bahwa Anda ada di sana untuk mereka.
Jaga rutinitas yang stabil: Upayakan agar rutinitas sehari-hari anak tetap stabil dan teratur. Ini bisa membantu anak merasa lebih aman dan memiliki perasaan kontrol di tengah perubahan yang terjadi akibat perceraian.
Hindari konflik yang terbuka:Â Berusaha untuk menghindari konflik yang terbuka atau menghadapkan anak pada pertengkaran antara orang tua. Jaga komunikasi yang baik dengan mantan pasangan Anda dan bicarakan perbedaan atau konflik secara pribadi, tanpa melibatkan anak.
Jangan membebani anak dengan konflik atau masalah orang dewasa: Hindari melibatkan anak dalam konflik atau masalah pribadi antara Anda dan mantan pasangan. Jaga agar mereka tidak merasa bertanggung jawab atau terlibat dalam masalah orang dewasa.
Sediakan lingkungan yang stabil: Buat lingkungan rumah yang stabil dan mendukung bagi anak. Pastikan mereka memiliki tempat yang nyaman untuk beristirahat, bermain, dan belajar. Tetapkan aturan dan batasan yang konsisten untuk memberikan rasa aman dan struktur.
Dukungan dari orang dewasa lain: Dukungan dari keluarga, seperti tante, nenek, teman, guru, atau konselor dapat sangat berharga bagi anak yang mengalami dampak perceraian.
Bantulah anak untuk menemukan sumber dukungan eksternal yang dapat membantu mereka mengatasi emosi dan tantangan yang mereka hadapi.
Jika diperlukan, cari bantuan profesional:Â Jika anak terus mengalami kesulitan emosional yang signifikan atau memerlukan bantuan tambahan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional seperti psikolog anak atau konselor.
Selain itu, ingatlah bahwa setiap anak bereaksi secara berbeda terhadap perceraian. Beberapa anak mungkin membutuhkan lebih banyak waktu dan dukungan daripada yang lain untuk pulih dari dampak perceraian.
Penting untuk memiliki kesabaran, kepekaan, dan cinta yang terus-menerus dalam mendukung anak melalui proses ini.
Kembali ke Ratapan Anak Tiri
Menyudahi tulisan, penulis ingin kembali mengingatkan, bahwa perceraian orangtua bisa berdampak pada emosi dan kesehatan mental anak. Anak-anak yang mengalami perceraian orangtua mungkin mengalami stres, kecemasan, gangguan emosional, kesulitan dalam hubungan sosial, penurunan kinerja akademik, dan masalah kesehatan mental.
Merawat emosi dan kesehatan mental anak dalam konteks perceraian membutuhkan komunikasi terbuka, memberikan cinta dan perhatian, menjaga rutinitas yang stabil, menghindari konflik terbuka, tidak membebani anak dengan masalah orang dewasa, menyediakan lingkungan yang stabil, mencari dukungan dari orang dewasa lain, dan jika perlu, mencari bantuan profesional.
Setiap anak bereaksi secara berbeda terhadap perceraian, jadi penting untuk memberikan dukungan yang individual dan sabar. Dengan memberikan perhatian yang tepat, anak dapat mengatasi dampak perceraian dan tumbuh dengan baik dalam kehidupan mereka.
Semoga suara "jeritan hati anak" dalam "Ratapan Anak Tiri" semakin tidak terdengar lagi di sekitar kita. Tetapi penggalan lagu itu, masih bolehlah sekali lagi kita dengarkan, sebagai pengingat setiap orangtua bahwa ada sebentuk hati yang terluka, yang musti dirawat dan dijaga, yaitu hati anak-anak kita sendiri.
Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja / Selagi ayah di sampingku, ku dipuja dan dimanja / Tapi bila ayah pergi, ku dinista dan dicaci / Bagai anak tak berbakti, tiada menghirauku lagi // Aduhai, ibu tiriku / Kasihanilah padaku / Bagai anakmu sendiri / Agar dapat ku berbakti //
Itu penggalan syair lagu "Ratapan Anak Tiri". Seutuhnya lagu itu dinyanyikan Emilia Contessa, bisa kita dengarkan lagi di link video ini -- (Sumber).
SELESAI *Â penulis adalah pemerhati masalah sosial keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H