Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Emosi Ratapan Anak Tiri dan Perceraian Orangtua, Siapa yang Peduli

12 Juli 2023   07:43 Diperbarui: 12 Juli 2023   11:47 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Emosi Ratapan Anak Tiri, dan Perceraian Orangtua, Siapa yang Peduli (designed by wibhyanto/ dokumen pribadi) 

Kesulitan dalam hubungan sosial: Perceraian dapat memengaruhi kemampuan anak untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial. Mereka mungkin mengalami kesulitan mempercayai orang lain, sulit beradaptasi di sekolah, atau merasa terisolasi dari teman-teman mereka.

Penurunan kinerja akademik: Anak-anak yang mengalami perceraian orangtua sering menghadapi tantangan dalam hal konsentrasi dan motivasi di sekolah. Kehidupan keluarga yang terganggu dan perubahan yang terjadi dapat mengganggu fokus mereka pada prestasi akademik.

Masalah kesehatan mental: Perceraian orangtua dapat meningkatkan risiko anak mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan perilaku. Mereka mungkin membutuhkan dukungan dan perhatian ekstra untuk mengelola emosi dan mengatasi tantangan yang dihadapi.

Merawat Emosi dan Kesehatan Mental Anak

Merawat emosi dan kesehatan mental anak setelah perceraian orangtua merupakan hal yang sangat penting. Mungkin beberapa tips ini bisa membantu merawat emosi dan kesehatan mental anak dalam menghadapi dampak perceraian orangtua. Di antaranya:

Jaga komunikasi terbuka: Dorong anak untuk berbicara tentang perasaan dan pikiran mereka terkait perceraian. Dengarkan dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi. Pastikan anak tahu bahwa mereka bisa mengungkapkan emosi mereka dengan aman dan tanpa takut dihakimi atau disalahkan.

Tetap memberikan cinta dan perhatian: Pastikan anak merasa dicintai dan diperhatikan, baik oleh Anda maupun oleh orang tua lainnya, misalnya nenek, tante, paman. Berikan dukungan emosional yang konsisten dan tunjukkan bahwa Anda ada di sana untuk mereka.

Jaga rutinitas yang stabil: Upayakan agar rutinitas sehari-hari anak tetap stabil dan teratur. Ini bisa membantu anak merasa lebih aman dan memiliki perasaan kontrol di tengah perubahan yang terjadi akibat perceraian.

Hindari konflik yang terbuka: Berusaha untuk menghindari konflik yang terbuka atau menghadapkan anak pada pertengkaran antara orang tua. Jaga komunikasi yang baik dengan mantan pasangan Anda dan bicarakan perbedaan atau konflik secara pribadi, tanpa melibatkan anak.

Jangan membebani anak dengan konflik atau masalah orang dewasa: Hindari melibatkan anak dalam konflik atau masalah pribadi antara Anda dan mantan pasangan. Jaga agar mereka tidak merasa bertanggung jawab atau terlibat dalam masalah orang dewasa.

Sediakan lingkungan yang stabil: Buat lingkungan rumah yang stabil dan mendukung bagi anak. Pastikan mereka memiliki tempat yang nyaman untuk beristirahat, bermain, dan belajar. Tetapkan aturan dan batasan yang konsisten untuk memberikan rasa aman dan struktur.

Dukungan dari orang dewasa lain: Dukungan dari keluarga, seperti tante, nenek, teman, guru, atau konselor dapat sangat berharga bagi anak yang mengalami dampak perceraian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun