Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Emosi Ratapan Anak Tiri dan Perceraian Orangtua, Siapa yang Peduli

12 Juli 2023   07:43 Diperbarui: 12 Juli 2023   11:47 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah komunikasi dan konflik yang tidak teratasi: Komunikasi yang buruk atau kurangnya keterampilan komunikasi yang efektif dapat menyebabkan penumpukan ketegangan, konflik berulang, dan ketidakpuasan dalam hubungan. Jika masalah komunikasi tidak dapat diatasi, dapat menjadi faktor yang memicu perceraian.

Perbedaan dalam harapan dan peran dalam pernikahan: Ketidakcocokan dalam harapan dan peran yang diinginkan dalam pernikahan sering kali menyebabkan ketegangan dan konflik. Jika pasangan tidak dapat mencapai kesepakatan tentang tanggung jawab dan peran masing-masing, perceraian mungkin menjadi pilihan terakhir.

Masalah keuangan: Masalah keuangan, seperti hutang yang berlebihan, ketidakmampuan untuk mengelola keuangan secara bersama-sama, atau perbedaan pendapat tentang prioritas pengeluaran, dapat menimbulkan konflik serius dalam pernikahan yang pada akhirnya menyebabkan perceraian.

Kekerasan dalam rumah tangga: Kekerasan fisik, emosional, atau seksual dalam rumah tangga adalah penyebab serius perceraian. Situasi yang tidak aman dan berbahaya ini dapat memaksa pasangan untuk mencari perlindungan dan meninggalkan hubungan yang tidak sehat.

Ketidakpuasan secara umum: Ketidakpuasan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kehidupan seksual yang tidak memuaskan, ketidakbahagiaan secara emosional, atau perasaan tidak dihargai, dapat membuat suami istri merasa bahwa pernikahan tidak lagi memenuhi kebutuhan mereka.

Menurut penulis, setiap situasi perceraian memiliki konteks dan dinama yang unik. Seringkali ada kombinasi dari beberapa faktor penyebab di atas yang saling berhubungan.

Terkadang, perceraian menjadi pilihan yang sulit, tetapi diperlukan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi pribadi suami dan istri yang bercerai.

Penderitaan Anak Anak, Mengalami Luka Batin Serius

Lebih dalam lagi, marilah mengkalkulasi, kondisi apa saja, baik mental dan psikologis anak yang berpotensi dialami anak anak, ketika mengalami situasi dimana kedua orangtua mereka bercerai. Menurut catatan penulis, umumnya ada beberapa kondisi buruk berpotensi dialami oleh anak anak, antara lain:

Stres dan kecemasan: Anak-anak yang mengalami perceraian orangtua seringkali mengalami tingkat stres yang tinggi. Mereka mungkin khawatir tentang masa depan keluarga mereka, merasa tidak aman, atau takut kehilangan hubungan dengan salah satu orang tua.

Gangguan emosional: Anak-anak yang menghadapi perceraian orangtua cenderung mengalami gangguan emosional seperti kesedihan, kehilangan, marah, atau kebingungan. 

Mereka mungkin merasa bersalah atau bertanggung jawab atas perceraian tersebut, meskipun sebenarnya itu bukanlah kesalahan mereka. Anak anak akan dipenuhi oleh derita dan luka luka batin yang nggares atau mendalam secara serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun