Tarian Rampak Buto terdiri dari beberapa adegan yang berbeda-beda tergantung pada variasi dan interpretasi yang dilakukan oleh kelompok kesenian atau penari. Namun, secara umum, tarian Rampak Buto biasanya terdiri dari beberapa adegan berikut:
Pembukaan:Â Adegan pembukaan biasanya dimulai dengan para penari memasuki panggung atau area pertunjukan dengan gerakan-gerakan khas. Ini merupakan adegan untuk memperkenalkan sosok para Buto atau raksasa itu kepada penonton.
Tarian Utama: Adegan ini adalah inti dari tarian Rampak Buto, di mana para penari menampilkan gerakan-gerakan yang kuat dan energik yang menggambarkan karakteristik Buto. Gerakan-gerakan ini biasanya mencakup lompatan, putaran, dan gerakan tangan yang lincah.
Interaksi dengan Penonton: Dalam beberapa pertunjukan, ada adegan di mana penari Rampak Buto berinteraksi dengan penonton. Mereka bisa mengajak penonton untuk berpartisipasi dalam gerakan-gerakan tertentu atau berkomunikasi dengan penonton menggunakan gerakan tangan atau ekspresi wajah.
Puncak Tarian:Â Adegan puncak tarian Rampak Buto biasanya merupakan adegan yang dramatis dan energik. Di sini, penari meningkatkan intensitas gerakan mereka dan menciptakan klimaks tarian yang memukau. Uniknya, pada bagian ini biasanya para penari mulai kesurupan atau transe.
Penutup: Adegan penutup tarian Rampak Buto biasanya mencakup gerakan-gerakan penenangan dan penampilan para penari beriringan keluar dari panggung atau area pertunjukan. Ini menandai akhir dari pertunjukan.
Penari Kesurupan atau Lupa diri
Dalam beberapa kasus, terdapat penari Rampak Buto yang mengalami kesurupan, lupa diri atau transe saat pentas. Fenomena ini sering kali dikaitkan dengan aspek spiritual atau mistis dalam tarian Rampak Buto.
Dalam tradisi Jawa, terdapat kepercayaan bahwa penari Rampak Buto bisa menjadi medium atau alat yang digunakan oleh roh atau energi spiritual Buto untuk berkomunikasi dengan dunia manusia.Â
Dalam keadaan transe atau kesurupan lupa diri, penari dipercaya sedang "dikuasai" oleh kekuatan atau entitas gaib yang melambangkan Buto.
Ketika penari mengalami kesurupan, mereka dapat menunjukkan tanda-tanda seperti perubahan kepribadian, gerakan yang berbeda, atau bahasa yang tidak dikenal. Para penari yang mengalami kesurupan itu dianggap sedang mengalami pengalaman spiritual yang mendalam.