Sebagai seorang artis, fokus perhatian mereka mungkin lebih pada bidang seni atau hiburan. Sehingga, mereka mungkin kurang memahami persoalan politik dan kebijakan publik yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan mendalam.
Terlalu banyak keterlibatan di industri hiburanÂ
Beberapa artis cenderung terlalu banyak terlibat di industri hiburan dan mungkin tidak dapat membagi waktu mereka dengan baik antara kepentingan mereka sebagai seorang artis dan tugas mereka sebagai anggota parlemen.
Kurangnya dedikasi untuk tugas-tugas legislasiÂ
Sebagian artis yang maju sebagai caleg mungkin melihat posisi tersebut sebagai jalan untuk meningkatkan popularitas dan keuntungan finansial, bukan sebagai panggilan untuk melayani masyarakat.
Terkesan hanya menjadi boneka partai politikÂ
Beberapa artis cenderung dipandang hanya sebagai alat kampanye oleh partai politik, yang menggunakan popularitas mereka untuk menarik perhatian pemilih.
Namun, tidak semua artis yang maju sebagai calon legislatif memiliki masalah ini. Beberapa artis yang maju sebagai caleg mungkin memiliki pengalaman politik, pemahaman yang cukup tentang kebijakan publik, dan dedikasi untuk tugas-tugas legislasi.
Oleh karena itu, penting bagi pemilih untuk melakukan penelitian dan evaluasi yang matang sebelum memilih calon mana pun, termasuk artis yang maju sebagai caleg, untuk memastikan bahwa mereka memiliki kompetensi dan integritas yang diperlukan untuk memimpin dan melayani masyarakat.
Selebritis Berbasis Popularitas
Pemilihan calon legislatif yang hanya didasarkan pada popularitas atau kepopuleran saja dapat menyebabkan terpilihnya anggota legislatif yang tidak memiliki kompetensi, pengalaman, dan integritas yang cukup untuk melakukan tugasnya sebagai wakil rakyat.
Selain itu, terpilihnya anggota legislatif yang hanya berbasis popularitas dapat mengaburkan esensi dari fungsi parlemen itu sendiri, yaitu sebagai wakil rakyat yang bertugas mewakili kepentingan rakyat dan membuat keputusan-keputusan penting untuk kemajuan bangsa dan negara.