Semua orang yang hadir di ruangan pendopo ageng itu semakin keheranan dan takjub ketika Pulanggeni memperkenalkan bahwa orang itu adalah seorang petinggi dari Mataram. Dia kepala divisi telik sandi, bernama Ki Pamungkas!Â
Pulanggeni bercerita bahwa Ki Pamungkas adalah kawan lamanya. Orang penting dari pasukan Mataram itu sering meminta jasanya, sedari dulu, membantu menumpas gerombolan begal dan kelompok pengacau lain yang merongrong wilayah Mataram, yang tersebar di sepanjang jalur Merapi -- Merbabu, termasuk wilayah Boyolali, Wonolelo, Ketep, Sawangan, Candimulyo, hingga Tegalrejo, Ngablak dan Getasan. Semua wilayah yang luas itu, semula dikuasai oleh kelompok-kelompok begal lokal yang meresahkan ketenteraman penduduk. Akan tetapi sekarang  semua kelompok di semua wilayah itu justru menyatukan diri dalam wadah gerombolan yang lebih besar, dibawah panji-panji kebesaran kelompok Nogo Kemuning yang berpusat di Selo Merbabu. Kelompok para begal itu telah dengan sukarela tunduk pada Pulanggeni. Hal ini berkat daya ajijaya kawijayan dan keampuhan ilmu andalan tingkat tinggi yang dimiliki kelompok Nogo Kemuning, yaitu Teluh Wiso dan Gendam Jiwo.Â
"Pasukan Mataram terlalu sibuk berperang memperebutkan wilayah dengan pihak Pajang. Sehingga hal-hal tentang kelompok perusuh kecil-kecil yang harus ditumpas, selalu diserahkan urusannya kepada kita. Nogo Kemuning adalah pasukan bayaran Mataram, secara diam-diam", kata Pulanggeni menjelaskan kepada anak buahnya di ruangan pendopo ageng itu.Â
"Mataram selalu puas atas jerih payah pasukan khususmu Nogo Kemuning, kakang Pulanggeni", ujar kepala divisi telik sandi Mataram itu sambil tersenyum.Â
Pada malam itu, akhirnya semua orang larut dalam perasaan senang atas kedatangan tamu agung dari Keraton Mataram yang datang tak terduga itu. Pulanggeni dan para punggawanya menjamu Ki Pamungkas berupa makanan dan minuman yang melimpah di ruangan pendopo ageng itu.Â
"Lalu pekerjaan apalagi yang perlu tenaga kami sekarang, dimas", tanya Pulanggeni disela mereka meminum secangkir tuwak. "Tentu dimas datang kemari, dalam misi khusus". Imbuhnya.Â
"Benar kakang Pulanggeni. Maksud kedatanganku kemari dalam misi khusus Mataram", jawab Ki Pamungkas. Lalu kedua orang itu menepi bergeser ke suatu sudut ruang pendopo ageng itu. Mereka membicarakan suatu rencana rahasia secara empat mata.Â
"Sarujuk. Ini bayaran di muka. Limaratus kepeng uang emas. Separonya lagi kuberikan setelah misi ini kelak telah selesai, kakang Pulanggeni", ujar Ki Pamungkas sesaat kemudian, sambil mengeluarkan sekantung uang dari barang perbekalan yang sempat disita oleh kedua prajurit gerbang perbatasan tadi. Pulanggeni menerima kantung uang itu dengan antusias.
"Kami selalu suka bekerjasama denganmu, dimas Ki Pamungkas. Sekarang beristirahatlah malam ini di tempat yang kusediakan di tempat ini. Besok pagi kita bergerak bersama ke Mangir", kata Pulanggeni.Â
Malam semakin larut dan pertemuan besar telah selesai di pendopo ageng padepokan Nogo Kemuning. Sebuah rencana lain telah disusun, keesokan hari Pulanggeni dan kelompok kecil, bersama kepala divisi telik sandi Mataram itu berencana bergerak ke Mangir.Â
Untuk maksud dan tujuan apa mereka pergi ke Mangir? Banyak para punggawa dan pasukan khusus Bayangan Hitam Nogo Kemuning masih bertanya-tanya mengenai hal itu.Â