Sosok gaib Ki Ismaya itu pun dalam kedipan mata lalu lenyap, diiringi hembusan angin kencang yang menerbangkan dedaunan kering di sekitar pohon-pohon besar di Gua Langse.Â
Baruklinting terkesiap. Sebab belum sempat dia mengucapkan terimakasih, sosok gaib Ki Ismaya telah pergi meninggalkan dirinya. Tetapi jauh di dalam lubuk hati Baruklinting kemudian berterimakasih atas kehadiran dan semua pitutur yang disampaikan oleh sosok gaib Ki Ismaya.Â
Matahari mulai lingsir di garis cakrawala Laut Selatan ufuk sebelah Barat. Langit semburat kelabu. Senja seperti benar-benar telah siap menjemput malam. Burung-burung beterbangan pulang ke sarang di pepohonan besar. Gemuruh ombak masih tampak saling bekejar-kejaran di kejauhan. Sebagian air laut silih berganti melandai datang di bibir pantai. Mengerisik bunyi buih ombak bercampur pasir silih berganti ketika tepian air melandai itu benar-benar terserap pasir di tepi pantai.Â
Baruklinting beranjak dari tempatnya bersila, meninggalkan tempat itu segera. Angin Laut Selatan berhembus datang dan pergi di Gua Langse. Suasana sunyi berjalan melandai, hanya suara debur ombak yang terdengar. Seperti tak pernah terjadi apa-apa di tempat itu.Â
***Â
(BERSAMBUNG Â ke Episode #15 )
(Sebelumnya, di Episode #13 )Â
( Di SINI: Daftar Pemakaian Istilah Bahasa Jawa di Cerbunng )Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H