Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sandhyakalaning Baruklinting - Tragedi Kisah Tersembunyi (Episode #14)

21 April 2023   09:02 Diperbarui: 22 April 2023   09:53 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eisik Gua Langse, Episode #14, Cover by D.Wibhyanto/Dokumen pribadi.

"Pangestuku untukmu, angger putraku Baruklinting. Setelah sekian lama tak bertemu, aku pun telah meninggalkan badan wadagku. Sebagai jasad ruh kini aku menemuimu, ngger. Ada perlu apa engkau memanggilku", kata Ki Ismaya. 

"Beribu maaf saya telah mengusik ketenteraman panjenengan Bapa yang telah hidup di alam gesang langgeng", kata Baruklinting. Dia menyadari bahwa sosok Ki Ismaya di depannya adalah ruh suci dari pertapa itu. Jasad wadagnya telah meninggal di lereng Telomoyo seperti yang telah dikatakan orang tua itu. Baruklinting menyembah. 

"Tak mengapa, ngger. Katakanlah apa yang bisa kubantu untukmu". 

Lalu Baruklinting mengutarakan maksudnya untuk memahami makna pesan Lintang Panjer Sore, sekaligus meminta petunjuk dan restu untuk kelak meraih kursi kekuasaan penuh di Mangir. 

"Ketahuilah, ngger. Apa yang dikatakan oleh bintang kejora itu adalah Sanepo, suatu pesan tersembunyi. Maknanya bahwa akan terwujud apa yang kau inginkan menjadi orang nomor satu di bumi perdikan Mangir, tetapi itu hanya sebentar", ujar sosok gaib Ki Ismaya itu. 

"Tetapi ada makna yang lebih luas lagi, menurutku soal kehadiranmu di Gua Langse ini". 

"Makna yang lebih luas?", tanya Baruklinting. Dahinya mengkerut.

"Ya. Ketahuilah Gua Langse adalah tempat kakekmu memperoleh wangsit, pertanda dari Yang Ilahi, untuk membuka kawasan perdikan baru di daerah Wanabaya, bernama Mangir tempatmu sekarang tinggal. Secara turun temurun, sejak dahulu kala, Gua Langse menjadi sumber berkah bagi para pejabat dan calon raja di Jawa untuk Maneges, memantabkan hati atas restu dari Yang Ilahi untuk menjalankan amanah sebagai pemimpin kawasan, keraton atau negara. Sehingga langkahmu hadir di tempat ini adalah tepat. Sebab setelah dari tempat ini, kamu kuharap semakin mantab dalam bertindak mewujudkan apa yang kamu cita-citakan. Kehadiranmu juga berarti melanjutkan suatu tradisi para leluhurmu untuk senantiasa eling atau ingat pada kehendak Ilahi, bahwa segala kekuasaan di dunia sifatnya hanya sementara. Tidak ada kekuasaan yang langgeng. Demikian menurutku, Baruklinting". Ki Ismaya menjelaskan. Baruklinting menyimak baik-baik ucapan orang tua itu. 

"Lalu apa yang seharusnya saya lakukan selanjutnya, Bapa?", tanya Baruklinting. 

"Tak ada jawaban yang pasti, kecuali dirimu mematut pada keyakinanmu sendiri, ngger", jawab Ki Ismaya. "Pilihlah satu pusaka pamungkas di Mangir yang kelak kau pakai sebagai payung gaib dan mendampingimu selama di Mangir. Aku merestui apa yang menjadi keyakinanmu itu". 

"Dan kini waktunya aku berpamit. Rahayu, rahayu, rahayu", ujar lelaki tua itu kemudian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun