"Imbalan apa katakan, aku ingin tahu nama bapaku dan di mana persisnya dia bertapa", jawab Baruklinting. Dia teringat bahwa ibunya memang tidak pernah menyebut siapa nama bapanya. Dia sangat ingin tahu siapa nama bapanya itu.
      Sejurus kemudian, Pulanggeni tiba-tiba duduk bersila beberapa depa di depan Baruklinting. Dia memberikan suatu isyarat melalui gerakan tangannya, sehingga Baruklinting tahu maksud dari orang itu. Baruklinting pun mengikuti gerakan orang itu. Dia turut duduk bersila.
    Kedua orang itu tampak mengucap suatu mantera. Sebuah ajian sedang mereka terapkan secara bersamaan. Pulanggeni sadar bahwa anak muda itu mampu menguasai ajian itu.
    Baruklinting pun paham bahwa orang di depannya itu mengajaknya untuk masuk dalam dunia alam lain, memakai suatu ajian kuno dan langka.
    Kelak orang menyebut ajian yang mereka berdua terapkan itu adalah ajian kuno bernama Ngrogo Sukmo. Ajian Ngrogo Sukmo adalah ilmu tingkat tinggi di mana seseorang mampu melepaskan ruh dari raganya untuk sementara waktu, bukan mati. Dalam alam ruh, orang bisa melakukan suatu tindakan tanpa diketahui oleh siapa pun.
   Maka kedua orang itu berada di dalam alam ruh, setelah melepas ruh dari raga masing-masing. "Aku tidak ingin, orang atau bahkan anak buahku sekali pun, tahu apa yang kita bicarakan, maka kuajak kau memakai ajian Ngrogo Sukmo", ujar Pulanggeni.Â
   "Katakan siapa bapaku dan di mana dia bertapa. Aku berjanji kuberikan apa yang kamu minta sebagai imbalan", kata Baruklinting.Â
   Kedua orang itu tampak duduk bersila sambil memejamkan mata. Anak buah Pulanggeni saling berpandangan mata dari balik gerumbul semak-semak tempat mereka bersembunyi. Mereka tidak mengerti apa yang dilakukan oleh Pulanggeni kepada Baruklinting. Mereka menunggu dengan rasa cemas.
   "Ki Ageng Wanabaya, orang nomer satu di perdikan Mangir di daerah pesisir Laut selatan. Jadi itu nama bapaku? Benarkah demikian?", tanya Baruklinting setelah Pulanggeni mengatakan sesuatu. "Benar demikian", pungkas Pulanggeni masih di alam ruh bersama Baruklinting.Â
   "Katakan apa permintaanmu sebagai imbalan atas informasimu ini", ujar Baruklinting.
   "Imbalanku, berikan aku dan kelompokku suatu tempat tinggal di pardikan itu yang bebas kupakai sebagai kegiatan apapun kelak bagi kelompokku di Mangir", kata Pulanggeni.Â