Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sandhyakalaning Baruklinting - Tragedi Kisah Tersembunyi (Episode #7)

15 April 2023   12:17 Diperbarui: 22 April 2023   09:45 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Sudahlah sinuwun, biarkan kami yang menyelesaikan orang ini!", tiba-tiba terdengar dari balik semak-semak tak jauh dari tempat itu. Baruklinting melihat ke arah suara itu. Beberapa pasang mata, mungkin puluhan, tampak menatap tajam ke arahnya. Orang-orang itu berada di balik gerumbul semak-semak di sebelah sana. 

        Pulanggeni mengangkat tangannya. Tak ada lagi suara dari anak buahnya. Sunyi sejenak di tempat itu, hanya kerisik angin yang berhembus membawa sekumpulan kabut dan embun Gunung Merbabu.

        Pulanggeni diam-diam menyadari betapa tinggi ilmu kanuragan anak muda ini. Sebab serangan resonansi udara dingin dan suara yang dia lakukan harusnya membuat seketika tumbang bagi yang terkena sasaran, nyatanya tak berakibat apa-apa pada Baruklinting. Pimpinan Nogo Kemuning itu menarik napas dalam dalam. Dia merasa harus lebih waspada menghadapi anak muda itu.

            "Namaku Pulanggeni. Tak boleh ada orang lewat daerah sini, kecuali atas seijinku. Sebutkan namamu, dan apa tujuanmu melewati tempatku ini", ujar Pulanggeni kemudian.

            "Aku Baruklinting, asalku Jalegong. Aku mau menemui bapaku seorang pertapa di Merapi", jawab Baruklinting.

            "Menemui bapamu seorang pertapa di Merapi?", desis Pulanggeni. Dia  sedikit terkejut, sebab dalam benaknya dia sebenarnya sudah lama tahu bahwa ada seseorang yang sedang bertapa di Gunung Merapi di pereng sebelah Barat Daya. Baruklinting mengangguk.

            "Benarkah bapamu seorang penting berasal di daerah perdikan pesisir pantai Laut Selatan?", tanya Pulanggeni kemudian.

            "Jadi kamu tahu siapa bapaku dan di mana dia kini sedang bertapa?", tanya Baruklinting.

            "Aku malah lebih tahu dari sekedar hal itu anak muda. Tahukah kamu, siapa nama bapamu?", tanya Pulanggeni. Baruklinting menggelengkan kepalanya.

            "Aku tak tahu nama bapaku. Tetapi dia seorang penting dari sebuah perdikan, dan dia sedang bertapa di Gunung Merapi", ujarnya. Baruklinting sekilas teringat pada ucapan ibunya, Dewi Ariwulan kala itu, "Ngger anakku. Bapamu adalah orang penting sebuah tanah perdikan di daerah pantai Laut Selatan. Dan sekarang dia sedang bertapa di Gunung Merapi". 

            "Aku tahu siapa nama bapamu, dan aku tahu di Merapi sebelah mana dia bertapa", ujar Pulanggeni. "Tetapi jika kau kuberitahu, aku minta suatu imbalan", pungkasnya kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun