* Keyakinan kelas bersifat lebih 'abstrak' daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
* Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
* Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
* Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
* Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
* Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
* Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Setelah saya selesai memaparkan materi tersebut dilanjutkan oleh sesi diskusi, adapun penanya pertama adalah Bu Nur Nena Aminah, S.Pd yang merupakan guru Bimbingan Konseling beliau menanyakan bagaimana mengatasi siswa yang rambutnya gondrong dan menyadarkan siswa kalau rambut rapih itu lebih baik sementara itu guru tidak boleh menggunting rambut siswa. Pertanyaan dari Bu Nur Nena Aminah S.Pd dijawab oleh saya sendiri dengan menyarankan agar membuat suatu konten di media sosial dengan model siswa OSIS atau Siswa ektrakulikuler mengenai trend rambut di SMK Negeri 4 Garut. Kamudian penanya kedua adalah Bu Tresnawati S.Pd yang merupakan guru PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) beliau menanyakan mengenai batasan waktu berlakunya kesepakatan kelas satu semester atau satu tahun atau seterusnya, pertanyaan ini juga langsung saja di jawab oleh saya sendiri. Kesepakatan kelas berlaku sesuai dengan kondisi, kita sebagai guru harus mengingatkan kepada siswa mengenai kesepakatan kelas setiap pertemuannya dan kalaupun ada perubahan atau ada yang harus ditinjau ulang dapat dibicarakan dan disusun ulang kesepakatan kelasnya dengan siswa minggu berikutnya. Setelah selesai mendiskusikan pertanyaan yang kedua saya mendapat pertanyaan terakhir dari Pak Lutfi Satriana AL-Haq, S.Pd yang merupakan guru Bimbingan Konseling adapun pertanyaannya adalah selama ini beliau bertindak sebagai penghukum apakah harus dilanjutkan sedangkan yang dilakukannya itu bertentangan dengan materi 5 posisi kontrol guru. Kemudian saya menjawab bahwasanya pendidikan itu harus berpusat pada murid memperhatikan kodrat alam dan kodrat zamannya. Guru ibarat seorang petani yang menanam benih.
Setelah sesi diskusi selesai saya memberikan kesimpulan bahwa dengan dengan penerapan keyakinan kelas yang kompak akan menumbuhkan budaya positif di sekolah. kegiatan ditutup oleh moderator Bu Leti Fitriyanti S.Pd selaku rekan CGP dan Guru Kimia analis di SMK Negeri 4 Garut.
Demikian sahabat cerita saya berbagi aksi nyata modul 1.4 Budaya Positif. Terima kasih sudah membaca.
Salam Guru penggerak Bergerak, Tergerak, Menggerakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H