Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab merupakan kesadaran seseorang dengan kewajiban untuk menanggung semua akibat dari sesuatu yang telah diperbuatnya. Tanggung jawab memiliki dua penyangga utama. Pertama, kesadaran tentang kewajiban yang harus ditunaikan dalam hidup dan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kedua, kesiapan fisik dan mental untuk menanggung semua akibat dari sesuatu yang telah dilakukannya. Tanggung jawab terkait dengan hukum sebab akibat. Apa yang dilakukan seorang individu, baik positif atau negatif, maka perbuatan tersebut mengikat dirinya. Ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Sebagai langkah awal menuju pemahaman yang lebih tinggi, tasawuf mengajarkan bahwa tanggung jawab terhadap diri sendiri menjadi kunci utama. Perspektif tasawuf terhadap masyarakat melihatnya sebagai refleksi dari keadaan batin individu. Oleh karena itu, menjaga hati nurani dan melakukan perbaikan terhadap perilaku pribadi dianggap sebagai tanggung jawab dasar. Tasawuf juga mengajarkan bahwa tanggung jawab terhadap alam semesta merupakan bagian integral dari eksistensi manusia. Mengurus sumber daya alam dengan kebijaksanaan, merawat kelestarian lingkungan, dan bersikap hormat terhadap makhluk hidup merupakan wujud tanggung jawab spiritual. Hal ini mencerminkan pemahaman bahwa manusia berperan sebagai khalifah, yaitu pemimpin yang memiliki tanggung jawab terhadap bumi ini.
Allah SWT berfirman dalam Q.S At-Tur [52]: 21 yang artinya berbunyi, "Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya." Sikap tanggung jawab terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa seseorang sesuai dengan fase-fase perkembangan yang dialami manusia sejak lahir, balita, remaja, dewasa, hingga lansia.
Tanggung jawab terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya ialah:
1.) Tanggung jawab kepada Allah
   Menurut ajaran Islam, tanggung jawab kepada Allah merupakan tanggung jawab dasar bagi tiap muslim dengan kesadaranÂ
   terhadap kewajiban yang harus dilakukan manusia terhadap Allah SWT dengan tujuan membimbing akal manusia untuk dapat
   menangkap dan mengetahui bahwa Allah SWT adalah Tuhannya, dan wajib disembah serta tempat meminta pertolongan.
2.) Tanggung jawab terhadap diri sendiri.
   Manusia merupakan makhluk yang bermoral. Namun, manusia juga sebagai pribadi yang mempunyai pendapat sendiri, perasaanÂ
   sendiri, angan-angan untuk berbuat ataupun bertindak. Untuk itu, manusia dalam mengisi kehidupannya memperoleh makna,Â
   maka atas diri manusia perlu diberikan tanggung jawab.
3.) Tanggung jawab terhadap keluarga
   Sebagai muslim, selain dituntut untuk bertanggung jawab kepada Allah dan terhadap diri sediri, kita juga bertanggung jawabÂ
   terhadap keluarga kita. Tanggung jawab terhadap keluarga adalah dimana kita dapat memelihara kebersihan, kenyamanan, dan
   keamanan dalam keluarga, serta mematuhi aturan yang ditetapkan bersama.
4.) Tanggung jawab dalam Masyarakat
   Manusia, sebagai makhluk sosial, terikat pada masyarakat sepanjang hidupnya. Dalam segala aspek, termasuk berpikir, bertingkah
   laku, dan berbicara, keterikatan ini mendorong pertanggungjawaban terhadap masyarakat. Kebergantungan manusia pada
   bantuan sesama, terutama di era modern, menegaskan perlunya kerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam menjalani
   hidup dan mencari kebahagiaan, manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka membutuhkan bantuan dan kerjasama orang lain.
   Kesadaran akan hal ini mendorong tanggung jawab untuk berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.
5.) Tanggung jawab dalam bangsa dan negara
   Seorang muslim menunjukkan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara dengan memberikan perhatian pada pembinaan
   kualitas bangsa, agar menjadi beriman, bertakwa, berdaulat, mandiri, cerdas, dan berintegrasi. Penguatan pertahanan dan
   ketahanan negara dipengaruhi oleh kualitas bangsa, sesuai dengan pesan Al-Qur'an untuk turut bertanggung jawab dalam aspekÂ
   keislaman, keutamaan, dan kebangsaan.
Perspektif tasawuf terhadap tanggung jawab tidak hanya terfokus pada realitas fisik, melainkan juga terlibat dalam dimensi spiritual yang lebih tinggi. Membangun relasi yang positif dengan Tuhan, menjaga ketaatan dan integritas moral, serta berupaya mencapai kesempurnaan spiritual dianggap sebagai tanggung jawab utama dalam perjalanan tasawuf.Â
Dengan demikian, pemahaman tasawuf mengenai tanggung jawab terlihat sederhana, namun memiliki kedalaman makna. Dalam konteks tasawuf, tanggung jawab tidak sekadar merupakan kewajiban berat, melainkan menjadi sarana untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan mencari keseimbangan antara dunia material dan dimensi rohaniah.
Memenuhi mata kuliah Akhlak Tasawuf.Â
Dosen pengampu: Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail
REFERENSI
- Buku Kuliah Akhlak Tasawuf karya Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail
- https://dolrohim.blogspot.com/2017/03/blog-post.html
- http://etheses.iainponorogo.ac.id/1020/2/BAB%20II.pdf
- https://an-nur.ac.id/kewajiban-dan-tanggung-jawab-akhlak-tasawuf/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H