Sedikit demi sedikit pintu itu gerak semakin melebar. Aku tak berani menghadapi kenyataan. Ingin rasanya memanggil ibu, keras-keras. Seperti dulu waktu kecil mengusir, rasa takut. Sugesti supaya tidak sendiri, dengan memanggil namanya. Tapi, sekarang kan di kantor? Mana ada Ibu.
Aku mulai teringat nonton bareng film horor kemarin. Dimana jika ada pintu yang tergerak selalu ada makhlus halus dibaliknya. Beraneka ragam dan rupa, yang jelas, saya tidak bisa benar-benar melihat wajahnya. Karena pas kejadian lagi serem-seremnya, selalu kututup mata. Setelah selesai, dengan memastikan tanya teman. Saya baru berani membuka mata. Ah..
Kata temanku, hantunya turun dari atas, dan muncul setelah pintu terbuka penuh. Tapi saya hanya mringis, mendengarnya. Saya sesungguhnya tidak benar-benar suka film horor. Nonton bareng itupun, supaya tidak dicap pengecut.
Ah, akankah keluar makhluknya, setelah pintu itu terbuka penuh. Saya belum berani beranjak untuk lari. Eh bukankah orang takut, itu tidak bisa lari, katanya. Semua bagian tubuhnya terpaku, tidak bisa bergerak. Kaki, tangan, kepala dan badan sulit untuk digerakkan. Sama seperti orang tidur yang ketindihan.
Pintu itu terus terbuka pelan. Urat saya menegang, mata saya melotot untuk menghadapi kenyataan. Muncul mata sepasang mata yang bersinar. Kaget. Ternyata yang hadir si "Shopie". Kucing kantor. Aku lemas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI