Mohon tunggu...
Aqil Aziz
Aqil Aziz Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan buah

Mencintai dunia literasi. Penullis di blog : https://aqilnotes.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tanda Tangan

21 Mei 2018   14:59 Diperbarui: 21 Mei 2018   15:20 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan soal percaya atau tidak percaya. Yang jelas tanda tangan itu ada maknanya. Makanya jangan ngawur. Entar kalau ngawur, tanggung sendiri akibatnya." jelas Prapto, yang dikenal sebagai orang pintar di desanya.

"Kamu boleh mengabaikan apa yang aku sampaikan. Tapi cobalah teliti dan awasi tanda tanganmu itu. Pernahkah kamu mengamatinya? Cobalah perhatikan sedikit saja. Lihat baik-baik. Ketegasan garisnya. Lengkungan coretan. Gradasi warna polpennya. Semuanya memiliki makna, yang ada kaitannya dengan suratan takdir.

Tahukah engkau? Bahwa sebenarnya Tuhan memberitahukan hambanya lewat garis tanda tanganmu sendiri. Tapi Aneh. Itu semua tidak kau sadari? " Jelas Prapto mantab sekali.

Bambang manggut-manggut. Mengiyakan penjelasan prapto.

Memang selama ini. Nasibnya selalu buruk. Jualan Es selalu rugi. Banting setir jual bakso, tidak ada yang beli. Jual sandal juga sama tidak laku. Pokoknya kalau dia mau usaha jualan selalu gagal. Terakhir jualan soto, digusur satpol PP. "Ataukah memang tanda tangan saya yang salah sehingga nasib saya selalu sial?" pikirnya kemudian.

Semenjak lulus dari bangku sekolah, dia sudah tidak memperhatikan lagi tanda tangannya. Tapi setelah curhat kepada Prapto. Lalu Prapto meminta Bambang tanda tangan di atas kertas putih. Dengan ilmu yang dimiliki Prapto, diambil kesimpulan bahwa Bambang punya nasib yang buruk.

"Ini harus dirubah, tanda tangan semacam inilah yang selalu membawa nasib sial," kata Prapto setelah lama mengamati tanda tangan tersebut.

***

Malamnya, Bambang konsultasi kepada istrinya. 

"Bu, sekarang aku tahu kenapa nasib kita selalu sial? Kenapa setiap kali buka usaha, tidak pernah berhasil. Saya sudah tanyakan kepada orang pintar. Kesimpulannya, saya harus merubah tanda tangan. Karena itulah suratan takdir kita."

"Trus," kata istrinya.

"Barangkali ibu punya usulan, tanda tangan yang baik, sesuai dengan kepribadian dan karakterku. Yang tahu dalaman diriku kan cinta.  Usulan itu nanti kita kombinasikan bersama. Siapa tahu nasib kita menjadi lebih baik. Ini namanya usaha. Apa salahnya usaha."

Sang istri setuju-tuju saja, dengan usulan suaminya. Mulailah dia mencoba mencoret coret kertas yang disediakan di atas meja. Setelah dapat sepuluh contoh tanda tangan. Ia sodorkan kepada suaminya.

"Gimana Pak, kalau yang ini? ini sepertinya cocok dengan kepribadian Bapak. Di dalam tanda tangan ini, ada banyak sekali harapan dan tujuan. Garis lurus ini adalah tujuan kita, sedangkan lingkaran dari bawah ke atas artinya usaha kita selalu mengikuti perkembangan zama. Dan terakhir titik koma, adalah menandakan kelembutan dan keluwesan kepada konsumen. Ini positif sekali"

"Wah.. hebat. ! cocok ini bu! Tidak salah saya milih kamu. Ngerti banget, apa yang aku butuhkan dan aku rasakan. Saya setuju menggunakan tanda tangan ini."

Setelah itu Bambang berlatih mencontoh tanda tangan usulan istrinya. 

Esoknya, Bambang senyam-senyum sendiri. Dengan keyakinan, kini tanda tangannya telah berubah, dan ia akan buka usaha. Dan diputuskan bersama istrinya jualan rawon.

Kali ini, warungnya dibuka di depan rumahnya, dekat jalan raya. Di spanduknya tertulis "RAWON HARAPAN BARU."

"Wah Bambang, banting setir lagi ya.. Kali ini jualan rawon. Saya pesen satu porsi donk," sapa temannya yang menghampiri warung. Satu demi satu warung itu mulai rame. Satu bulan penuh tak pernah sepi. Buka jam delapan pagi, siang setelah dzuhur sudah habis. Bambang dan istrinya benar-benar kualahan meladeni pembeli yang tidak pernah habis.

"Maaf pak sudah habis, besok saja, ke sini lagi ya." kata istri Bambang kepada pelanggan baru. Wajah pelanggan itu nampak kecewa dan menggerutu.

Warung Rawon Bambang mulai terkenal. Semua warga desa, selalu berkunjung ke warungnya. Sampai menjadi viral di kalangan nitizen. Dan akhirnya Bambang masuk TV, untuk diwawancarai dan diberikan penghargaan atas nama Pengusaha Berprestasi Tingkat Kecamatan. 

"Sebagai modal dan penghargaan keuletan Pak Bambang dalam mengelola warung. Maka kami berikan uang hadiah 5 juta rupiah, " kata Pak camat memberikan sambutan. Semua warga yang hadir memberikan aplos dan ucapan selamat kepada Bambang. Warga berjabat tangan satu persatu, Bambang dan keluarganya bahagia. 

Kemudian setelah selesai acara.  Seorang bendahara kecamatan, memberikan kwitansi tanda terima uang bantuan.

"Monggo Pak, ditanda tangani di sini." kata petugas itu. Bambang tanda tangan di atas kwitansi tanda terima. Uang lima juga langsung diserahkan kepada istrinya. Istrinya mengecup kening suaminya, sebagai ungkapan rasa terima kasih. Saat itu Bambang baru sadar, dia menggunakan tanda tangan yang lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun