Mohon tunggu...
Aqila Mayda K
Aqila Mayda K Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi KKN RDR 77 KELOMPOK 135 UIN WALISONGO SEMARANG

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pergeseran Makna Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Tengah Modernisasi Masyarakat

11 Mei 2020   15:49 Diperbarui: 11 Mei 2020   15:54 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perayaan Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah. Maulid atau Milad dalam bahasa Arab adalah hari lahir. Perayaan ini adalah wujud sukacita dan penghormatan umat Islam kepada Nabi besar Nabi Agung Muhammad SAW. 

Di Indonesia, Maulid Nabi sudah ada sejak era Walisongo dengan nama perayaan Syahadatain atau Sekaten. Masyarakat merayakannya dengan sederhana seperti pembacaan kitab Maulid dan Selametan yang diiringi tradisi setiap daerah yang berbeda-beda. Seperti festival Grebeg di Yogyakarta dan Weh-wehan di Kaliwungu, Kendal. Meskipun memiliki kontroversi syari'at (bid'ah atau bukan) dan tanpa ada aturan baku dalam pelaksanaan tetapi tradisi yang merupakan ciri khas Islam tradisional ini tetap dijalankan oleh sebagian besar umat Islam.

Modernisasi adalah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau berkembang ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Willert E Moore menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. 

Modernisasi dan Westernisasi memiliki perbedaan yang cukup jauh salah satunya adalah tidak mengesampingkan nilai-nilai agama yang tetap di pertahankan di modernisasi dan mempertentangkan budaya barat dengan budaya setempat adalah westernisasi. Setiap perubahan pastilah diharapkan suatu kehidupan yang menjadi lebih baik dan lebih maju. Namun setiap perubahan juga membawa sisi buruk seperti sikap individualistik yang membuat mereka merasa tidak membutuhkan lagi orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia sendiri merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih jauh rasanya untuk menjadi Negara yang memiliki masyarakat modern. Walaupun beberapa kota besar di Indonesia masyarakatnya sudah bisa merasakan hal-hal modern, namun sayangnya semua hal tersebut tidak dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang berada di wilayah terpencil.

Komunikasi di era modernisasi ini sangatlah berkembang dengan cepat, semua hal dapat dilakukan hanya dalam genggaman tangan dan ketukan jari. Informasi pun juga begitu, kita dapat memperoleh informasi terkini dari mana saja nasional maupun internasional. Dengan adanya kemudahan akses untuk memperoleh informasi tersebut, mengakibatkan berita palsu atau hoax lebih cepat menyebar.

Pergeseran makna kali ini berada di Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparang Kota Mataram. Dalam proses perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW disini ada dua rangkaian yaitu persiapan dan pelaksanaan perayaan. Pada tahap persiapan biasanya dilakukan rapat sebelum menyelenggarakan perayaan Maulid. 

Satu minggu sebelum perayaan Maulid banyak acara yang dipersiapkan seperti lomba, menghias jalan dan masjid, penampahan yaitu kegiatan memasak oleh ibu-ibu, mengundang tamu undangan seperti pemuka agama untuk mengisi tausiyah dan Praje yaitu tradisi masyarakat yang mengarak anak-anak yang sudah dikhitan dengan menggunakan kuda-kudaan dan diiringi musik-musik tradisional. 

Selanjutnya adalah proses pelaksaan perayaan yang dilaksanaan seperti pada daerah-daerah lain. Namun ada satu ciri khas tradisi perayaan Praje disini yaitu monggok-monggok, biasanya tamu undangan akan disajikan tuak (sejenis minuman keras khas Pulau Lombok yang terbuat dari air pohon nira yang difermentasikan sehingga berubah bau, warna, serta rasanya dan mampu menyebabkan efek halusinasi). 

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada awalnya oleh para ulama digunakan sebagai media menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat. Dengan mengakulturasi kebudayaan yang menjadikan Maulid Nabi sebagai hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Hingga saat ini perayaan Maulid Nabi bagi masyarakat Dasan Agung masih memiliki pemaknaan yang sama yaitu memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. 

Namun ada juga beberapa rangkaian perayaan Maulid Nabi disini yang mengalami perubahan seperti Praje, perayaan ini sudah ada sejak dulu. Awalnya pada tahun 1970 anak-anak yang dikhitan dalam perayaan ini diarak dengan singgasana berbentuk masjid, namun pada tahun 1972 ada seorang masyarakat Dasan Agung yang memperkenalkan singgasana dengan menggunakan kuda. Lama-kelamaan kuda digantikan dengan kuda-kudaan sampai saat ini. Musik yang mengiringi praje pun mengalami perubahan di awal tahun 1980an menggunakan musik religius yang menjadi musik dangdut, hingga sekarang menggunakan berbagai macam jenis musik.

Adanya perubahan yang terjadi pada praje, penggunaan sound system selama perayaan yang memiliki kisaran harga dua juta dalam sekali sewa. Penyewaan mobil pick up yang digunakan untuk mengangkut kuda-kudaan praje juga memakan biaya yang cukup besar. Nilai-nilai materialistis ini yang terjadi pada kondisi masyarakat modernisasi. 

Nilai-nilai leluhur mulai luntur seiring perkembangan zaman. Pergeseran makna lainnya pada praje adalah menjadikan praje itu sebagai alasan untuk memaklumi perilaku mabuk. Karena mereka menganggap si pemikul praje membutuhkan tenaga yang cukup, dengan meminum tuak khas pulau Lombok ini masyarakat percaya bahwa minuman ini dapat memberikan rasa santai. Rasa santai itu merupakan efek dari tuak yang memberikan efek halusinasi, yang mengakibatkan terjadinya mabuk. Tak jarang masyarakat menyiapkan tuak untuk diri sendiri. 

Rangkaian perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW masih terus dijalankan hingga saat ini. Seperti halnya masyarakat Dasan Agung yang memaknai perayaan Maulid Nabi sebagai peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW dengan mengadakan berbagai perayaan. Letak Dasan Agung yang berada di tengah-tengah kota Mataram, menjadikan proses-proses perubahan menjadi lebih cepat dan kompleks. 

Edukasi berbasis keagamaan sangat diperlukan agar masyarakat lebih memaknai makna Maulid Nabi secara Hakiki. Masyarakat Dasan Agung masih mempertahankan tradisi-tradisi perayaan Maulid Nabi, namun seiring berkembangnya zaman perayaan itu pun juga turut berubah. Makna-makna yang sebenarnya mulai sedikit dikesampingkan. Tradisi di masyarakat Dasan Agung harus lebih diperhatikan agar nilai-nilai agamanya semakin meningkat dan mengurangi hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun