Adanya perubahan yang terjadi pada praje, penggunaan sound system selama perayaan yang memiliki kisaran harga dua juta dalam sekali sewa. Penyewaan mobil pick up yang digunakan untuk mengangkut kuda-kudaan praje juga memakan biaya yang cukup besar. Nilai-nilai materialistis ini yang terjadi pada kondisi masyarakat modernisasi.Â
Nilai-nilai leluhur mulai luntur seiring perkembangan zaman. Pergeseran makna lainnya pada praje adalah menjadikan praje itu sebagai alasan untuk memaklumi perilaku mabuk. Karena mereka menganggap si pemikul praje membutuhkan tenaga yang cukup, dengan meminum tuak khas pulau Lombok ini masyarakat percaya bahwa minuman ini dapat memberikan rasa santai. Rasa santai itu merupakan efek dari tuak yang memberikan efek halusinasi, yang mengakibatkan terjadinya mabuk. Tak jarang masyarakat menyiapkan tuak untuk diri sendiri.Â
Rangkaian perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW masih terus dijalankan hingga saat ini. Seperti halnya masyarakat Dasan Agung yang memaknai perayaan Maulid Nabi sebagai peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW dengan mengadakan berbagai perayaan. Letak Dasan Agung yang berada di tengah-tengah kota Mataram, menjadikan proses-proses perubahan menjadi lebih cepat dan kompleks.Â
Edukasi berbasis keagamaan sangat diperlukan agar masyarakat lebih memaknai makna Maulid Nabi secara Hakiki. Masyarakat Dasan Agung masih mempertahankan tradisi-tradisi perayaan Maulid Nabi, namun seiring berkembangnya zaman perayaan itu pun juga turut berubah. Makna-makna yang sebenarnya mulai sedikit dikesampingkan. Tradisi di masyarakat Dasan Agung harus lebih diperhatikan agar nilai-nilai agamanya semakin meningkat dan mengurangi hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H