Sudah terlalu sering kita mendengar komentar-komentar para tokoh, Kiai, cendekiawan muslim, berupa: "Kehancuran bangsa ini, karena akhlaq pemimpinnya telah rusak" atau "Anak bangsa ini moralnya telah bobrok" atau "Kita bangun akhlaq, maka kita akan bangkit mengangkat keterpurukan bangsa ini" dan lain sebagainya. Benarkah akhlaq ini sebagai sumber malapetaka keterpurukan umat saat ini? Apakah mungkin, jika akhlaknya dibangun maka umat ini akan bangkit?
Mereka-mereka yang mempunyai alasan keterpurukan umat karena akhlaq, menggunakan dalil-dalil:
Sesungguhnya engkau (muhammad) benar-benar memiliki akhlaq yang agung (Al-Qalam 4).
Aku ini diutus untuk menyempurnakan akhlaq (HR Al-Bazaar).
Maksud surat Al-Qalam ayat 4 diatas adalah:
Seorang sahabat pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlaq Rasulullah, Aisyah menjawab: "Akhlaq beliau adalah Al-Quran" Artinya pernyataan Aisyah bahwa akhlaq Rasulullah saw adalah Al-Quran, bahwa Rasulullah telah menjadikan perintah dan larangan Al-Quran sebagai tabiat, akhlaq dan wataknya. Setiap Al-Quran memerintahkan sesuatu maka beliau mengamalkannya, setiap Al-Quran melarang sesuatu maka beliau meninggalkannya. (lihat tafsir Ibnu Katsir)
Artinya, Rasulullah menjadikan tolok ukur (masdar al-fikr) HALAL dan HARAM dalam setiap gerak langkahnya. Bukan akhlaq yang diartikan secara sempit sebagai jujur, sabar, murah senyum, tidak dengki, dan lain-lain.
Karena jika dikatakan orang yang jujur berakhlaq baik, sedangkan orang yang berdusta tidak berakhlaq baik. Maka ini tidak tepat, karena berdusta dibolehkan dalam Islam, dalam hal tertentu semisal mendamaikan saudara yang berselisih, suami agar istrinya ridha atau peperangan (al-hadits). Dalam peperangan dibolehkan berdusta, memberikan informasi yang salah kepada musuh, memutarbalikkan informasi tentang posisi dan kondisi pasukan, dan lain-lain. Artinya, tidak melulu orang yang berdusta dianggap tidak berakhlak baik, selama jujur dan berdusta dilakukan berlandaskan syara'.
Walhasil, pernyataan bahwa akhlaq biang keladi dari permalasahan umat ini adalah tidak tepat, membereskan semua masalah umat dengan akhlaq adalah tidak tepat juga. Pemahaman seperti ini akan mengakibatkan dua hal:
1. Menjauhkan pemahaman umat terhadap Islam sebagai sebuah sistem kehidupan (mabda')
2. Mengaburkan pemahaman umat tentang nilai ruhiyah dari akhlaq
Menjauhkan pemahaman umat terhadap Islam sebagai sebuah sistem kehidupan (mabda')