Ajaran islam menegaskan bahwa adalah sangat mungkin manusia untuk sangat mungkin manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Kalua kita merujuk pada ayat-ayat al-Quran seperti yang terdapat pada surat al-Baqarah, 2: 31-32 adalah sangat jelas sekali bahwa pemerolehan manusia terhadap pengetahuan adalah sebuah keniscayaan.
Islam sangat menekankan pada makhluk untuk mengembangkan pengetahuan.banyak sekali sumber-sumbernya baik dari al-Quran maupun sunnah nabi dan sudah diperjelas dari keduanya bahwasanya pentingnya pengetahuan harus dimiliki manusia, baik dari perempuan maupun laki-laki. Al-Quran menegaskan bahwasanya orang yang berilmu derajatnya akan diangkat oleh allah S.W.T, bukan itu saja bahkan ayat pertama yang diturunkan ialah iqra' yang berarti bacalah.
Selanjutnya ialah manusia mempunyai keinginan untuk menguasai keilmuan dan memiliki keinginan untuk menguasai adalah hal yang wajar karena Allah mengutus manusia ke dunia agar manusia menjadi khalifah dibumi dan memanfaatkan dengan baik semua apapun yang ada dibumi, dan menurut ajaran islam 2 keinginan tersebut harus diarahkan kepada pengabdian kepada-NYA untuk mendapat ridho dari-NYA. Oleh karenanya iman dan ilmu sangat penting kedudukannya dan ditambah lagi amalan, jadi jika seseorang sudah memiliki iman, pengetahuan, dan amal maka bisa disebut (insan kamil).
Pada bab selanjutnya berisi tentang filsafat dan pemenuhan Hasrat pengetahuan manusia berisi tentang bahwasanya rasa keingin tahuan manusia cukup dengan indrawi saja tetapi adakalanya bisa sampai mendalam dan bahkan manusia suka bertanya-tanya tentang pengetahuan diluar logika akal manusia. Dan pertanyaan apa itu filsafat sudah dipertanyakan sejak lama bahkan ketika orang tersebut sudah dijelaskan tetapi orang itu tidak puas dengan jawaban tersebut. dan banyaknya pengertian-pengertian menurut para ahli yg bersifat tidak satu kesatuan pun semakin membuat rumit bahwasanya arti filsafat itu apa.
 Dari pengertian menurut para ahli setidaknya kita bisa merumuskan bahwasanya filsafat memiliki empat rumusan yaitu: 1. Modus, 2. Objek, 3. Ciri-ciri berpikir filsafat, dan 4. Tujuan. Pertama kita akan membahas tentang modus filsafat, modus filsafat di bagi menjadi dua yaitu filsafat sebagai produk dan filsafat sebagai proses. Sebagai proses, filsafat dipahami sebagai "hasil berpikir yang filsafati". Sedangkan sebagai proses dipahami sebagai "proses atau kegiatan berpikir filsafati".
Cara berpikir yang filsafati memiliki ciri-ciri secara umum yaitu: 1. Universal, yaitu dengan berpikir secara keseluruhan bukan hanya berpikir dari beberapa sudut pandang saja. 2. Radikal, yaitu berpikir sampai akarnya atau mendalam sampai mengetahui permasalahan. 3. Rasional, berpikir logis atau masuk akal dan bisa menyimpulkan dan mengambil keputusan yang tepat.
Bab selanjutnya menjelaskan tentang transmisi filsafat dalam tradisi islam. Seperti yang kita ketahui bahwasanya filsafat berasal dari Yunani kuno, jadi bukan berate di islam tidak ada filsafat, tetapi filsafat sendiri memiliki arti :berpikir yang khas dengan ciri-ciri tertentu" dan di islam sudah berkembang tradisi berpikir seperti itu.
Prestasi intelektual luar biasa yang telah dicapai oleh masyarakat dan dari berkembangnya ilmu intelektual arab sebelum islam. Ilmu tentang syair dan orator adalah ddua hal yang menonjol dalam sejarah intelektual sebelum datangnya islam. Baru setlah datangnya islam dengan sumber ajarannya yakni Al-Quran dan hadist maka berkembangnya keilmuan dalam masyarakat arab dan masyarakat islam yang meliputi beberapa keilmuan seperti: sejarah, geografi, ilmu hukum, teori politik maupun kritik sejarah.
Dan pasti kita bisa menyimpulkan bahwasanya ilmu-ilmu tersebut bersumber dari al-quran maupun sunnah nabi, hal ini hal yang sangat wajar. Ketika islam sudah tersebar luas maka tuntunan utama adalah bagaimana mereka memahami sumber utama ajaran mereka, karena mereka tidak semuanya memahami isi al-quran dan hadist sehingga para ulama mengadakan pengajian Bersama tentang tafsir, sejarah, ilmu gramatikal, ushul fiqh, ilmu hadist.
Adanya fenomena adopsi, adaptasi, dan kreasi ini dalam realitas historis agar umat islam tidak semata-mata menjiplak tradisi pemikiran lain akan tetapi mereka juga kreatif melakukan pengayaan terhadap pemikiran tersebut.
Bab berikutnya membahas tentang pohon filsafat, seperti yang kita ketahui bahwasanya pohon meiliki beberapa bagian seperti, akar, batang, cabang, daun dan buah. Akar sebagai symbol ilustrasi asal mula filsafat atau hal-hal yang menjadi oangkal tolok orang berfilsafat. Sedangkan batang, sebagai symbol untuk menjelaskan tentang pokok bahasan utama dalam filsafat yang didalamnya terlahir beberapa sub pembahasan atau cabang pohon. Dan cabang tersebut melahirkan ranting yang menjadi symbol pembahasan sub tersebut.