Mohon tunggu...
Aqib
Aqib Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Cerpen : #File

27 September 2016   22:22 Diperbarui: 27 September 2016   22:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segera aku bergegas mengambil jaket dan mengunjunginya di lapangan. 

Tak banyak yang bisa dilihat sebab belum ada pertandigan yang akan dimulai. Hanya beberapa kawanan binary mencoba memilih angka 1 dan 0. Tak bayak kata yang terucap, sebab haya aku merasa muak dengan kawanan binary itu. Hanya pertukaran hape dan sedikit percakapan kemudian  tersisa hanya aku yang kembali menatap layar laptopku.Selang beberapa jam mataku mulai mengantuk. Sebab tadi malam hanya aku tak tidur.

Sms dari temannya masuk

“ Yang, Aku lupa paswordmu?”

“Z” aku balas sesimpel mugkin agar tak banyak data yang terkirim.

“Yang, Hapemu terkunci dan aku harus menunggu dua jam untuk mencobanya” (Sepertinya dia benar-benar lupa...)

Hanya aku bergegas pergi ke lapangan sebelum menit waktu menuggu menjadi lebih banyak.

***

Aku tak dapat berpikir dengan baik. Seolah-olah kode-kode itu menjadi kacau. Kapan aku harus menutup dengan , , menjadi tidak karuan. Emosi memuncak. Kini yang aku dengar hanya permintaan maafnya

“ Maafin ya”

“Maafin Ya”

“Mau Kemana? Maafin dulu!” 

hanya Aku mengangguk. Tanpa sepatah kata pun

Namun entah mungkin karena progam autorun ku yang melakukannya sehingga terkesan tak terlihat buruk. Program itu berjalan semaunya sendiri. Padahal disatu sisih sebuah malware benar-benar telah mencoba merusak file-file Aku. Hape ku kini Tak dapat ku buka. 

Entah berapa lama lagi aku harus menunggu. 

***

Siang itu juga kami berjanji akan nonton sebuah film komedi baru yang merupakan kisah komedi lama yang dibugkus ulang. The Jangkrik aku menyebutnya. Malam itu aku terbangun dari tidur ku sembari merasa kelelahan. Mataku mulai membuka kode-kode sore itu. Memori sore itu mulai terurai. Seolah-olah kejadian itu terjadi saat hanya aku membuka mataku.  Hanya Aku melihat dia dengan sekumpulan angka-angka ganjil disampingnya. Seolah dia bukan lagi aku. Bermain dan tertawa bersama dengan angka-angka ganjil tanpa ada batasan.Kemarahanku bangkit saat memori itu tervisualisasi dalam proyektor besar dalam otak ku.Hape ku sudah dapat ku buka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun