Sementara itu, resiko cabut termasuk menurunnya prestasi akademik, kerusakan kedisiplinan, dan pengaruh negatif pada hubungan sosial. Kebiasaan cabut dapat menghambat perkembangan siswa dan berdampak buruk pada masa depan mereka.
Sebagai penulis, saya melihat bahwa cabut  merupakan fenomena yang perlu mendapatkan perhatian lebih, karena berpotensi merusak masa depan siswa. Kebiasaan ini tidak hanya mencerminkan masalah dengan motivasi belajar, tetapi juga bisa menjadi tanda adanya masalah emosional atau sosial yang lebih dalam.Â
Saya percaya bahwa penyebab utama dari cabut sering kali berkaitan dengan kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan pengaruh negatif dari lingkungan sosial mereka.
Di sisi lain, saya juga memahami bahwa sebagai siswa, mereka terkadang membutuhkan ruang untuk diri mereka sendiri, terutama jika mereka merasa tidak dihargai atau tertekan oleh tuntutan sekolah. Namun, tindakan melarikan diri dari masalah dengan cara cabut bukanlah solusi yang sehat.Â
Saya percaya bahwa penting untuk menyoroti perlunya pendekatan yang lebih menyeluruh dari pihak sekolah dan orang tua untuk memberikan dukungan yang memadai, baik dari segi emosional, sosial, maupun pendidikan, agar siswa bisa mengatasi tantangan mereka dengan cara yang lebih positif.
Saran saya sebagai penulis adalah agar sekolah dan orang tua bekerja sama lebih aktif dalam mengatasi masalah cabut sekolah. Pembelajaran yang menarik dan relevan sangat penting untuk meningkatkan motivasi siswa.
Sekolah sebaiknya tidak hanya fokus pada materi akademik, tetapi juga pada kesejahteraan emosional siswa, dengan memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara dan mengungkapkan perasaan. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk berpartisipasi.
Saran dari kepala sekolah adalah untuk mengembangkan kebijakan yang lebih berfokus pada pencegahan dan pemberdayaan siswa, bukan hanya pada sanksi. Menyediakan konseling, program pengembangan karakter, dan kegiatan ekstrakurikuler yang menarik bisa menjadi solusi untuk mengurangi kebiasaan cabut.
 Kepala sekolah juga bisa mendorong para guru untuk lebih memperhatikan kebutuhan individual siswa dan menciptakan metode pengajaran yang lebih menarik dan sesuai dengan minat mereka.
Saran dari ahli pendidikan adalah agar pendekatan terhadap siswa yang sering cabut dilakukan secara holistik. Berdasarkan pendapat ahli seperti John Hattie, keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran adalah kunci untuk mencegah cabut.
 Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu menciptakan lingkungan yang tidak hanya fokus pada prestasi akademik, tetapi juga pada pengembangan sosial dan emosional siswa.