Bakteri baik yang dimanfaatkan dalam pembuatan PGPR seperti Pseudomonas fluorescens, Bacillus polymyxa, atau lainnya berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan ketahanan tanaman. Pupuk PGPR sendiri dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman seperti tanaman pangan, hortikultur, dan kehutanan. Â
Pupuk cair PGPR diharapkan bisa menggantikan pupuk kimia karena pupuk ini merupakan pupuk cair organik dan sangat ramah lingkungan.Â
PGPR ini terbuat dari bahan-bahan yang mudah dicari, seperti akar bambu, dedak, terasi, gula, dan air bersih. Cara pembuatannya sendiri cukup mudah dan tidak memerlukan keahlian khusus.Â
Menurut Bapak Jijib salah satu tokoh masyarakat, Pupuk PGPR ini dapat membantu petani di Desa Cipetir dalam pemenuhan kebutuhan pupuk secara mandiri. Sehingga lebih bisa mengurangi biaya produksi untuk pengolahan tanaman dan bahan yang digunakan, karena hampir semuanya bisa didapatkan dengan mudah.Â
"Pertama saya mengucapkan banyak terima kasih kepada adik-adik mahasiswa atas terselenggaranya kegiatan ini. Saya juga tentu berharap masyarakat terutama para petani di Desa Cipetir dapat mempraktikan langsung pembuatan pupuk PGPR ini", ujar Bapak Dodi Wijaya selaku Kepala Desa Cipetir.Â
Kegiatan simulasi dan pembagian pupuk cair PGPR di Desa Cipetir mendapatkan respon baik dari peserta. Melalui kegiatan sosialisasi dan pembagian pupuk cair PGPR, kami berharap peserta  menjadi lebih terbantu dalam pemenuhan kebutuhan pupuk terutama pupuk organik untuk bercocok tanam.Â
Adanya program KKN-T ini diharapkan peserta dapat membuat pupuk secara mandiri juga mengaplikasikan pupuk cair PGPR di lahan  dan mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H