Mohon tunggu...
Anas Apriyadi
Anas Apriyadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya karyawan swasta yang suka baca. ~menulis menyehatkan jiwa~

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Indonesia Butuh Musisi Penyelamat Anak Bangsa

2 Juli 2016   12:43 Diperbarui: 2 Juli 2016   13:24 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trio Kwek Kwek (sumber wikipediaP

Video klip lagu Lelaki Kardus menyita perhatian publik pada minggu-minggu ini, meski begitu saya memang baru sempat menontonnya kemarin (maklum baru bisa buka yutub kalau ke warnet) dan memang membuat kita geleng-geleng kepala saat seorang anak kecil menyanyikan lagu dengan tema yang sangat tidak tepat, konflik rumah tangga dengan bahasa yang sangat vulgar, yang bikin saya lebih miris ada salah satu adegan dimana sang penyanyi bersama teman-teman lainnya bersama-sama menyanyikan bagian lirik lagu tersebut berisi kata-kata kotor kepada si ayah sang lelaki kardus.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan pemerintah melalui Kemenkominfo memang langsung memberikan reaksi keras pada lagu yang sebenarnya agak berirama qasidah dan dibuat grup As-Surur ini. Namun yang saya baca dari beberapa media online, keluarga si penyanyi cilik ternyata tidak terlalu mempermasalahkan lagu tersebut karena memang diilhami kisah nyata. :O

Saya kira viralnya video lagu Lelaki Kardus kembali menunjukkan masih adanya permasalahan yang sudah berulang kali dibahas mengenai tidak adanya lagu anak yang relevan sesuai umurnya pada saat ini. Anak-anak masa kini lebih banyak mendengar dan menghapal lagu-lagu yang sebenarnya ditujukan untuk usia yang lebih dewasa dengan tema-tema standar pada umumnya percintaan. Hal tersebut ditopang dengan seringnya acara musik lalalala yeyeyeye di TV namun sangat sedikit atau tidak ada TV (atau radio) yang memutar lagu anak-anak.

Ini pengalaman saya, suatu saat saya sangat kaget saat gerombolan anak-anak SD yang masih belum sunat bermain di gang sebelah rumah menyanyikan lagu Wali yang saya lupa judulnya tapi ada kata 'bajingan' itu lo. Di saat lain anak tetangga saya yang bahkan belum masuk TK hampir tiap hari hobinya nyanyi lagu soundtrack sinetron Anak Jalanan, walaupun dia cuma ngulang-ngulang kata ....cintaku ini cinta mati, mati-matian aku mempertahankan cintaku... Kalaupun ada lagu lain di luar tema percintaan yang dihapal anak-anak saat ini pasti hanyalah Mars Perindo :D.

Lirik lagu yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak bisa mempengaruhi kehidupan anakanak nantinya, tak heran anak-anak SD hingga TK jaman sekarang banyak yang sudah sayang-sayangan apa nggak ngiri (abaikan curhat jomblo dari lahir ini).

Nostalgia Masa Kecil

Melihat kondisi lagu anak-anak masa kini tidak ada salahnya kita menengok ke belakang, ke masa kecil saya sebagai generasi 90-an. Ada masa dimana lagu anak Indonesia mencapai kejayaannya. Penyanyi anak seperti Trio Kwek-Kwek, Chiquita Meidy, Maissy, Cindy Cenora, Tina Toon, Joshua Suherman, Tasya, hingga Sherina sering sekali menghiasi layar TV. Lagu anak yang beredar pun sangat banyak dan menurut saya sangat berkualitas. 

Lagu yang berkualitas bagi anak menurut saya tak perlu yang berat-berat, lagu yang ceria musiknya dan mencerminkan dunia anak yang suka bermain seperti 'Bolo-Bolo'nya Tina Toon (nih lagu kalau didengar kita yang sudah dewasa liriknya memang agak absurd tapi bagi anak asik coy), atau lagu 'Diobok-Oboknya' Joshua Suherman.

 Atau bisa juga lagu anak yang punya muatan edukasi bagi anak tapi tetap asyik didengar dan dinyanyikan anak, seperti lagu-lagunya Trio Kwek-Kwek: Bis Sekolah dan kutakut papaku marah (eh lupa apa dulu itu judulnya, yang jelas bukan lagunya Judika ya) yang mengajak kita rajin belajar dan jangan bolos sekolah, ada juga lagu ci Cindy Cenora yang mengajak kita rajin menabung. Bagi saya yang paling berkesan pasti lagu 'Jangan Takut Gelap' nya Tasya, selain karena makna liriknya juga dinyanyikan bareng Duta SO7.

Melambungnya pamor lagu anak-anak pada masa itu tentu didukung dengan tangan kreatif para pencipta lagu anak yang sangat produktif, apalagi acara TV tentang lagu anak yang menjadi wadah untuk menampilkan karya musik dan untuk mendengar lagu bagi anak di seantero Indonesia juga banyak. 

Misal acara Ci Luk Ba, Tralala Trilili, dan Kring-Kring Olala, saya lupa ditayangkan di stasiun TV apa tapi berbeda stasiunnya. Acara itu menayangkan semacam tangga video klip lagu anak-anak yang lagi ngehits, tak jarang pada beberapa acara juga diiringi penampilan live penyanyi anak, selain lagu anak-anak, pada salah satu acara tersebut juga menyisipkan nilai edukasi yang menarik seperti kuis percobaan ilmiah, berwarna sekali masa kecil kami pada masa itu.

Entah apa yang terjadi saat TV sepertinya mulai tidak tertarik pada tayangan-tayangan lagu anak, mungkin nilai komersilnya tidak terlalu menjanjikan. Memang beberapa kali ada kontes menyanyi untuk anak-anak seperti AFI Junior di Indosiar dan Idola Cilik di RCTI yang mengekor kesuksesan acara AFI dan Indonesian Idol untuk para 'senior', namun sepertinya yang dinyanyikan kebanyakan masih untuk dewasa atau lagu barat. Ajang lomba menyanyi itu juga belum bisa menelurkan penyanyi cilik sekelas generasi di atas. Alumni ajang menyanyi anak-anak di TV yang kita tahu sukses justru menjadi grup boyband anak yang lagunya cinta-cintaan lagi. hadeeh.

Permasalahan tandusnya lagu anak-anak di Indonesia tentu tidak hanya karena faktor penyanyinya (apapun mereka masih anak-anak), pencipta lagu anak-anak yang kini juga sangat dibutuhkan, jangan salahkan anak menyanyi lagu vulgar karena lagu untuk usia mereka tidak ada yang terus menciptakannya. Produser yang mencurahkan dirinya pada musik anak-anak juga sangat dibutuhkan, dengan harapan lagu anak-anak kembali dipandang penting oleh para pemilik TV dan juga sarana media lainnya.

Mas Dhani dan Mas Anang turun gunung dooong...

Pada tahap inilah saya rasa para musisi Indonesia juga harus turun gunung memperhatikan dunia musik anak-anak, anak-anak adalah masa depan bangsa ini. Akhir-akhir ini banyak musisi yang mulai tertarik pada dunia politik, dukung mendukung hingga mencalonkan diri menjadi caleg atau cakada mereka lakukan 'demi bangsa'. Seperti Mas Ahmad Dhani yang aktif berpolitik lewat twitter bahkan berniat menjadi gubernur DKI sampai berniat mengorganisir aksi demonstrasi, ada juga mas Anang yang duduk di kursi empuk anggota dewan. 

Saya pikir energi dan kecintaan para musisi untuk menyelamatkan bangsa bisa disalurkan ke tempat yang tepat sesuai keahlian mereka  dan tanpa perlu berat-berat masuk ke dunia politik kita yang penuh drakula atau malah terjebak dalam politik yang tidak sehat. Kembangkan lagi musik anak-anak mas, ini sudah darurat, masa depan bangsa kita terancam (agak lebay ye) karena anak-anak mendengar musik yang tidak tepat. 

Masmas tak harus jadi pencipta lagu kalau memang bukan genrenya tapi kan bisa menjadi produser lagu anak-anak atau mintalah pemilik TV bikin acara khusus lagu anak-anak, daripada bikin Logika Dhani. Permintaan ini tak hanya untuk Mas Dhani dan Mas Anang, tapi juga semua musisi baik yang terkenal ataupun tidak bahkan orang biasa yang punya sense of music untuk lebih memperhatikan dunia musik anak-anak.

Saya mah bisanya cuma ini, karena sama sekali tidak bisa bermusik, mukul terbang (rebana) saja nggak bernada, jadi muadzin di langgar (surau) kampung saja fals :D. Saya sama sekali tidak tertarik ke dunia musik, tapi tetap prihatin pada dunia anak-anak karena kualitas musiknya kini. Karena itu saat kuliah di psikologi dulu tidak ikut UKM kesenian di kampus, kalau dulu saya ikut, sekarang mereka saya suruh bikin lomba cipta lagu anak deh, UKM kesenian di fakultas psikologi harus lakukan sesuatu pada masalah anak bangsa kan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun