Di ruang temu,
Koper masih saja berserak,
Sambutan sore itu tarian hujan.
Serta merta menutup diri,
Menutup mungkin yang tidak terjadi.
Mungkin untuk saat tiada pasti.
Tontonan malam itu,
Setelah berkumpul meringkuk satu-satu dalam selimut.
Tak ada kata meruak,
Dan gelegak tawa beberapa insan tertelan malam,
Itu pun, aku jua kau masih saja berkabut kata.
Tak ada pintu masuk.
Keluar pun tak punya.
Seperti padang,
Arenanya bersama dalam satu.
Dari kita mulai terlena,
Kontak mata tak sengaja alirkan sengatan.
Bergelut di antara ingar rayu bak masa sekolah,
Masih saja malu-malu.
Itu aku. Kau juga.
Mulai di akhir jumpa,
Rasanya enggan melambaikan tangan pertanda pisah,
Gusar mulai merayap di pipi,
Tenggelam perlahan di senja terakhir.
Tatap mata, tawa dan adu
Hanya berbekas kenang,
Kau jua aku bukan harap,
Namun, jika jumpa kelak kupastikan album itu ada kamu di sana walau sebagai teman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI