Memberikan warna yang kian memperindah yang telah ada selama ini. Memberikan jawaban atas tanya yang belum terjawab. Menambal yang koyak dan membenahi yang compang-camping. Akan tetapi, apakah Sekolah Islam Terpadu yang telah dua dekade ini sudah mampu tampil seperti itu? Atau jangan-jangan, hanya terjebak pada jargon dan slogan semata.
Sesuai dengan judul artikel ini, "Empowering Islamic Schools: Redefinisi dan Rekonstruksi Sekolah Islam Unggulan yang Berbasis Leadership, Entrepreneurship dan Tahfidz," maka tulisan ini bahan diskusi kita bersama. Setidaknya, ada beberapa variabel penting yang akan kita bahas pada artikel ini, yang pertama adalah Empowering Islamic Schools.Â
Ia memiliki makna memberdayakan sekolah-sekolah Islam atau sekolah yang berbasis Islam untuk dapat berperan maksimal di kancah pendidikan nasional, bahkan internasional.Â
Melalui forum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), seluruh yang berlabel Sekolah Islam Terpadu bisa saling bersinergi, bahu-membahu, saling mengisi dan memberikan motivasi untuk tetap memegang teguh komitmen awal didirikannya Sekolah Islam Terpadu. Sehingga dengan demikian, tidak ada lagi perbedaan suhu dan paradigma dalam memandang dan memahami khittah Sekolah Islam Terpadu seperti termaktub dalam Mars JSIT.**
Pemantik diskusi kedua atau variable kedua adalah redefinisi dan rekonstruksi. Perlukah upaya redefinisi dan rekonstruksi terhadap Sekolah Islam Terpadu yang selama ini telah berjalan, tumbuh dan berkembang? Seperti telah saya singgung di awal, bahwa jangan-jangan kita telah mengalami bias dalam memahami makna Sekolah Islam Terpadu, sebagai sebuah sistem pendidikan yang sarat akan misi peradaban Islam.Â
Orientasi yang berubah arah, motivasi yang rapuh dan enggan berbenah, bisa menjadi sebab munculnya sinyalemen adanya stagnasi atau bahkan kemunduran di banyak Sekolah Islam Terpadu dewasa ini. Maka di sini diperlukan upaya redefinisi dan rekonstruksi sistem dalam ranah idealis dan teknis pada Sekolah Islam Terpadu. Dengan mengedepankan ukhuwah menuju mutu pendidikan Indonesia yang berdaya saing. Â Â Â Â
Selanjutnya yang ketiga adalah terkait dengan Leadership. Kepemimpinan adalah seni menggerakkan, mendorong dan mengontrol orang lain dalam sebuah sistem tertentu. Penanaman nilai-nilai leadership di Sekolah Islam Terpadu mutlak perlu, guna menyiapkan generasi yang cerdas dan mulia. Tidak hanya berdayaguna, tetapi juga berakhlak dan bertakwa. Tidak sekedar jago matematika, tetapi sempurna bacaan Al-Qurannya. Ketika malam, ia menangis dalam sujud yang panjang. Di saat siang, ia bagai singa-singa yang garang dalam berjuang menegakkan kalimat tauhid dengan karya dan kerja nyata. Bagaimana dengan lulusan Sekolah Islam Terpadu sejauh ini? Ini menjadi pertanyaan yang kita mampu, namun malu-malu untuk menjawabnya.
Kemudian yang keempat, Entrepreneurship. Semangat kewirausahaan menjadi penting ditumbuhkan di dalam diri setiap peserta didik, agar kelak tidak tergantung pada lapangan kerja yang disediakan, tetapi menciptakan sendiri lapangan kerja bagi diri mereka sendiri. Sebuah DNA yang memang telah ada sejak zaman Nabi Muhammad dan para sahabat. Dengan jiwa wirausaha, pundi-pundi karunia dari Allah menjadi berlimpah-limpah sehingga bisa berinfak di jalan Allah Ta'ala.Â
Poin ini menjadi penting untuk dicermati dan dikembangkan di lingkup Sekolah Islam Terpadu di seluruh Indonesia, sebab banyak tidaknya pengusaha menjadi indikator bagi kemajuan suatu bangsa. Salah satu caranya adalah dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan Market Day atau Pekan Entrepreneurship. Â
Variabel penting yang terakhir adalah Tahfidz. Keunggulan yang mutlak ada pada Sekolah Islam Terpadu yaitu Tahfidzul Quran. Tidak hanya menghafal, kemudian murojaah, setoran dan wisuda, tetapi lebih dari itu, program ini membawa keberkahan bagi siapapun yang terlibat dalam mewujudkan dan menopangnya. Menjadikan Al-Quran sebagai inti dari inti (core of the core), menjadikan Al-Quran sebagai sendi dalam setiap gerak, menjadi nadi dalam setiap detak jantung dan tarikan napas, merupakan perkara penting yang membutuhkan perhatian.
Seluruh variabel yang diuraikan di atas harus terintegrasi satu sama lain. Menjadi sebuah jalinan yang menguatkan output atau hasil didikan dari Sekolah Islam Terpadu. Maka keberhasilan dari proses panjang penyelenggaraan pendidikan di semua satuan pendidikan, akhirnya bisa diukur dengan indicator dan variabel tersebut. Tidak mudah memang untuk mewujudkan generasi yang unggul dengan paket komplit; memiliki jiwa leadership, entrepreneurship dan sekaligus hafal Al-Quran. Akan tetapi, semua harapan itu tetap mungkin diwujudkan oleh lembaga yang tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT).
Seperti yang telah umum diketahui, bahwa Sekolah Islam Terpadu memiliki imej mahal dan ekslusif. Citra ini telah terbangun khususnya di satu dekade belakangan ini. Lalu, apakah hal ini menjadikan Sekolah Islam Terpadu minor di mata masyarakat? Tentu saja tidak. Hal ini karena masyarakat telah mulai menyadari diferensiasi yang ditampilkan oleh sekolah-sekolah di dalam lingkup Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Masyarakat luas mulai menyadari bahwa Sekolah Islam Terpadu memberikan kontribusi lebih di sistem pendidikan kita. Konsep pendidikan Islam yang mengintegrasikan dua kurikulum; agama dan DIKNAS, menjadikan Sekolah Islam Terpadu kian menarik. Tidak hanya memberikan harapan, tetapi sekaligus membangun prestise di kalangan masyarakat. Inilah yang kemudian menjadi tantangan besar bagi Sekolah Islam Terpadu, sehingga harus cermat dan penuh kesungguhan dalam mewujudkan itu.