Sebelum kita bahas lebih lanjut mengenai maksud dari Sekolah Islam Terpadu harus memiliki diferensiasi dari sisi keunggulan, ada baiknya kita menilik sejenak terkait dengan makna Sekolah Unggul.Â
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya) (Hasan Alwi, 2009:790). Sementara itu, unggulan atau unggul artinya adalah lebih tinggi (pandai, baik, cukup, kuat, awet) dan sebagainya atau yang diunggulkan (Hasan Alwi, 2009:800).Â
Dari pengertian tersebut, maka Sekolah Unggul, Sekolah Islam Unggulan; Sekolah Islam Terpadu menjadi tempat paling strategis dalam memuwujudkan generasi yang tidak hanya baik dan soleh, namun juga memiliki kapasitas keilmuan dan kepemimpinan (leadership).
Membangun generasi yang memiliki diferensiasi dari sisi keunggulan pribadi, tentu saja bukan pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, diperlukan sistem dan struktur kurikulum yang terbaik. Lalu system seperti apakah yang harus kita terapkan? Apakah harus mengadobsi sistem pendidikan Barat?Â
Sebut saja Finlandia yang tersohor dengan predikat terbaik dunia? Lantas bagaimana kita meletakkan ruh Islam di dalam rancang bangun Sekolah Islam Terpadu? Keterpaduan yang seperti apa? Ini yang perlu dievaluasi dan dikontrol terus-menerus. Tanpa boleh terputus.
Metodologi seperti apa yang sebaiknya diterapkan secara massif dan integral pada semua jenjang sekolah di lingkup Jaringan Sekolah Islam Terpadu? Tidak sulit untuk menjawab pertanyaan ini, meskipun tidak mudah di tataran praktiknya. Kata kuncinya adalah pada Islam itu sendiri.Â
Islam tidak hanya sebagai dien, agama yang mengatur ritual dan ranah spiritual belaka, tetapi lebih komprehensif daripada itu. Ia adalah sebuah sistem dan perangkat super genius yang telah dianugerahkan kepada semesta alam. Maka kembali kepada metodologi pendidikan Islam menjadi kunci keberhasilan yang tak perlu diragukan.Â
Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc. bahwa metode pendidikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam telah berhasil mendidik sejumlah sahabat sehingga dapat membentuk satu jamaah yang mempunyai keistimewaan dalam akidahnya, perilaku, dan tujuan hidupnya. Metodologi pendidikan Rasulullah inilah yang harus terus-menerus kita gelorakan dari satu generasi ke generasi Islam berikutnya.
Sistem pendidikan (tarbiyah) yang diterapkan di Madina pada zaman awal hingga keemasan Islam, secara totalitas merujuk pada aturan Al-Quran dan As-sunnah. Mulai dari pembenahan kehidupan pribadi, sosial dan negara, dilakukan secara konsisten sesuai dengan apa yang digariskan oleh Islam. Begitu pula dengan masalah muamalah, ekonomi dan militer.Â
Sehingga tampil kader-kader terbaik yang memiliki salimul aqidah (akidah yang bersih), shahihul ibadah (ibadah yang benar), matinul khuluk (akhlak yang kukuh), qowiyyul jismi (fisik yang kuat), mutsaqqoful fikri (intelek dalam berfikir), mujahadatun linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu), harishun 'ala waqtihi (pandai menjaga waktu), munazhzhamun fi syu'unihi (teratur dalam suatu urusan), qodirun 'alal kasbi (mandiri), dan naafi'un lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain). Dalam segala aspek kehidupan para sahabat, mereka mampu menampilkan yang terbaik. Apapun profesi mereka, mereka selalu tampil sebagai pribadi muslim yang kaffah.Â
Ketika berbisnis, mereka menegakkan nilai-nilai Islam sehingga mampu menjadi pebisnis yang jujur dan memiliki etos yang tinggi. Begitupun ketika mereka menjadi prajurit di medan peperangan. Mereka mampu tampil garang dan menggetarkan lawan. Itulah hasil dari sistem pendidikan ala Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam kepada para sahabat.
Sekolah Islam Terpadu, awalnya digagas untuk memberikan jalan tengah (alternatif) bagi perbaikan sistem pendidikan nasional yang sempat mengalami dikotomi. Sebagai sebuah alternatif, tentu Sekolah Islam Terpadu harus mampu menjadi solusi atas semua itu.