Pendahuluan
Belajar sepanjang hayat manusia merupakan salah satu asas pendidikan di Indonesia yang juga merupakan sebuah  kebutuhan,  kesadaran,  akan adanya  sebuah perubahan dalam kehidupan sehari-hari terutama pada aspek kehidupan pendidikan. Belajar sepanjang hayat dalam keberadaanya didasarkan pada teori-teori pendidikan (grand teory) yang telah ada, teori konvergensi salah satunya.Â
Teori Konvergensi pada mulanya dipopulerkan oleh William  Stern,  yang dalam pengrtiannya merupakan teori dengan berpusat  pada sebuah 'titik'. Titik di sini dapat diartikan sebagai hasil, tujuan, atau apabila dihubungkan dalam suatu lembaga, maka 'titik' juga dapat dikatakan sebagai 'misi' yang dimiliki oleh lembaga tersebut.Â
Dalam ilmu pendidikan, teori konvergensi memiliki poin kunci yang disebut dengan Educational Direction, yang diartikan dengan menyangkut-pautkan lingkungan sebagai dukungan dalam membantu  siswa mengembangkan potensi unggulan yang mereka miliki serta mencegah  pengembangan  potensi  yang tidak berpengaruh banyak sehingga dampak yang dihasilkan adalah ketidakpuasan oleh mereka (siswa).
Pada teori konvergensi, faktor keturunan atau pembawaan yang dimiliki oleh peserta didik dan faktor lingkunganlah yang dapat berpengaruh dalam proses belajar dan pembelajaran mereka, salah satunya adalah membatasi hasil pendidikan yang tela mereka jalani. Dalam dunia pendidikan, teori konvergensi memiliki implikasi dalam penerapannya yang ditekankan pada perlunya sebuah kebebasan untuk menghasilkan dan mencapai hasil, tujuan, dan visi-misi dalam proses pembelajaran. Â
Salah satu bentuk dasar dari implikasi teori konvergensi tersebut adalah guru  dan siswa harus aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan segala media dan program yang ada dan relevan dengan kurikulum yang digunakan serta melibatkan lingkungan luar sebagai faktor pendukung yang tidak kalah penting, dimana sejalan dengan hakikat dari teori konvergensi itu sendiri, yaitu teori yang mengkolaborasikan pembawaan dan lingkungan sebagai faktor penting dalam perkembangan pendidikan peserta didik.
Implikasi dari teori konvergensi dapat melalui sistem pembelajarannya dengan menggunakan mata pelajaran sebagai alat perantaran, dan juga dapat dengan menjadikan teori konvergensi sebagai salah satu dasar program pembelajaran mereka. Namun, nyatanya hal ini menjadi kendala bagi SMAN 3 MALANG apalagi berkaitan dengan biaya. Perekonomian setiap peserta didik pastilah berbeda-beda tida bisa disamaratakan, sehingga program study banding ini kerap kali mengalami hambatan dari hal tersebut.Â
Karena pada proses pelaksanaannya study banding tetap melibatkan kontribusi finansial peserta didik untuk kesuksesan program pembelajaran ini, sehingga kerap kali ada beberapa peserta didik yang tidak bisa mengikuti program study banding ini. Dengan adanya permasalahan tersebut, menjadikan tidak semua peserta didik dapat mencapai titik konvergen dari penerapan teori konvergensi oleh SMAN 3 MALANG ini. Dengan kata lain, teori konvergensi dapat menjadi bukan faktor penting dalam kesuksesan pembelajaran suatu lembaga sekolah.
Uraian di atas merupakan hasil dari kegiatan observasi di lapangan, tepatnya di SMAN 3 MALANG. Kegiatan observasi dilakukan tida hanya sebatas peneliti melakukan observasi secara mandiri, melainkan juga peneliti melakukan observasi terhadap salah satu narasumber yang ada di SMAN 3 MALANG. Observasi terhadap salah satu narasumber yang merupakan salah satu pihak kesiswaan dari SMAN 3 MALANG tersebut dilakukan melalui kegiatan wawancara oleh peneliti. Berdasarkan hasil wawancara, diperolehlah sejumlah data lapangan yang berkaitan dengan topik yang diangkat oleh peneliti. Secara menyeluruh, sejumlah data tersebut diuraikan melalui dua pokok permasalahan, yaitu ‘Bagaimana Penerapan Teori Konvergensi di SMAN 3 MALANG’ dan ‘Bentuk Kendala Biaya dalam Penerapan Teori Konvergensi di SMAN 3 MALANG’.
                                           Â
Penerapan Teori Konvergensi di SMAN 3 Malang
Melalui sistem pembelajarannya dengan menggunakan mata pelajaran sebagai alat perantaranya, SMAN 3 MALANG menerapkan teori konvergensi sebagai salah satu dasar program pembelajaran mereka. Implikasi tersebut berupa adanya program study banding yang dilaksanakan oleh SMAN 3 MALANG ke berbagai lembaga non-sekolah yang tetap relevan dengan kurikulum dan program pembelajaran mereka. Lembaga-lembaga tersebut seperti museum, perkomplekan candi yang ada di Malang, dan Kampung keramik di Dinoyo.Â
Study banding ke lembaga-lembaga tersebut didasari dengan program pembelajaran untuk memperkuat wawasan peserta didik terhadap mata pelajaran sejarah dan seni budaya. Selain itu, SMAN 3 MALANG juga memaksudkan agar minat dan bakat para peserta didiknya pada kedua bidang tersebut dapat terasah dengan baik.Â
Di awali dengan memotivasi para peserta didiknya dengan keuntungan dari bisnis keramik dari kampong keramik, maka dapat menstimulus bakat yang telah dimiliki oleh siswanya dari lahir ataupun dari sebelum mereka menempuh pendidikan di SMAN 3 MALANG, seperti bakat marketing dan produksi atau membuat kerajinan.
Pelaksanaan Program P5 sebagai Bentuk Implikasi Teori Kovergensi di SMAN 3 Malang yang Terkendala dengan Biaya
Pelaksanaan program P5 merupakan salah satu upaya yang dilakukan adalah untuk mengatasi praktik problema yang ada pada pembelajaran multikultural dengan cara menerapkan metode intergrasi materi pendidikan multikultural di dalam kurikulum ataupun kegiatan pembelajaran yang ada di lingkungan sekolah dengan cara menyamaratakan hak dan kewajiban seluruh peserta didik tanpa memandang perbedaan perbedaan yang ada dan menanamkan sikap saling peduli, tolong-menolong, bekerja sama, dan toleransi terhadap siswa di sekolah.Â
Terkait dengan P5 ini adalah semua siswa dapat bekerjasama dengan baik dan memahami langkah-langkah dalam proyek, akan tetapi P5 ini juga tidak hanya membutuhkan sedikit biaya, terdapat kendala biaya yang di alami oleh sebagian siswa di karenakan biaya bahan properti yang harus di keluarkan, karena P5 membuat sebuah karya atau proyek yang sesuai dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang ada di dalam kurikulum merdeka ini.
Pelaksanaan program P5 dapat dikolaborasikan dengan Teori Konvergensi melalui proses stimulus dan konsistensi berbagai pihak di lembaga pendidikan. Hasil dari proses menstimulus dan konsistensi mengasah minat dan bakat siswa dengan memberikan wadah yang tepat untuk bakat para peserta didiknya tersebut, maka SMAN 3 MALANG dapat menjadikan para peserta didiknya sebagai seorang 'ahli' dalam suatu bidang sehingga dapat berperan aktif dalam era globalisasi, sesuai dengan misi SMAN 3 MALANG.Â
Hal tersebut juga merupakan bentuk implikasi dari grand teori konvergensi, dimana SMAN 3 MALANG menjadikan misi yang mereka miliki sebagai 'titik' dari sebuah konvergen yang dalam pencapaiannya atau usaha untuk menuju titik tersebut SMAN 3 MALANG melibatkan lingkungan luar berupa musem, perkomplekan candi, dan kampung keramik yang dikolaborasikan dengan pembawaan atau bakat yang telah peserta didik mereka miliki sebelum diasah oleh SMAN 3 MALANG sebagai faktor penting dalam mencapai 'titik' dalam sebuah konvergen tersebut. Kegiatan pelaksanaan program P5 tersebut berupa study banding ke musem, perkomplekan candi, dan kampung keramik yang berada di kawasan Malang Raya.
Namun, nyatanya hal ini menjadi kendala bagi SMAN 3 MALANG apalagi berkaitan dengan biaya. Perekonomian setiap peserta didik pastilah berbeda-beda tida bisa disamaratakan, sehingga program study banding ini kerap kali mengalami hambatan dari hal tersebut. Hal tersebut dikarenakan pada proses pelaksanaan study banding tetap melibatkan kontribusi finansial peserta didik untuk kesuksesan program pembelajaran tersebut, sehingga kerap kali ada beberapa peserta didik yang tidak bisa mengikuti program study banding ini.
 Adanya permasalahan tersebut, menjadikan tidak semua peserta didik dapat mencapai titik konvergen dari penerapan teori konvergensi oleh SMAN 3 MALANG ini. Dengan kata lain, teori konvergensi dapat menjadi bukan sebuah faktor penting dalam kesuksesan pembelajaran suatu lembaga sekolah, salah satunya di SMAN 3 MALANG.
Penutup
Kesimpulan
Kendala biaya menjadi hambatan dalam pelaksanaan program study banding di SMAN 3 MALANG sebagai bentuk pelaksaan program P5 dan menjadi salah satu upaya mencapai 'titik' atau konvergen dalam teori konvergensi, sehingga tidak semua peserta didik dapat mencapai kesuksesan pembelajaran dengan penerapan teori konvergensi ini.Â
Hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan study banding membutuhkan properti untuk membuat karya atau proyek sesuai dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang ada di dalam kurikulum merdeka yang menekankan pada biaya atau finansial. Sedangkan finansial setiap peserta didik di SMAN 3 MALANG berbeda-beda.
Sumber Rujukan
Sayana, Triandini, dkk. (2023). TEORI NATIVISME, EMPIRISME, DAN KONVERGENSI DALAM PENDIDIKAN : FKIP-e PROCEDINGS UNIVERSITAS NEGERI JEMBER.138-144.
Yusuf, Hadi. (2014). Konsep Pembentukan Kepribadian Anak Menurut Teori Konvergensi Dalam Perspektif Pendidikan Islam : UIN 1 TULUNGAGUNG REPOSITORY INSTITUTIONAL.
Pengembangan Penddidikan Multikultural : Repository UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG.
Pendidikan Multikultural : Repository UIN 1 TULUNGAGUNG.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H