Informasi Misinformasi, setelah suatu peristiwa, informasi yang salah dapat diberikan kepada individu, yang dapat mengubah ingatan mereka. Misalnya, pertanyaan yang mengandung unsur tidak akurat dapat memengaruhi cara seseorang mengingat detail dari suatu kejadian.
Saran dan Sugesti, cara seseorang bertanya atau memberikan saran dapat memengaruhi ingatan. Misalnya, jika seseorang ditanya dengan cara tertentu, mereka mungkin lebih cenderung untuk mengingat detail yang tidak benar.
Konteks Emosional, emosi yang dialami saat peristiwa terjadi juga dapat memengaruhi kejelasan ingatan. Ketika kita merasa cemas atau tertekan, ingatan kita bisa menjadi tidak akurat.
Diskusi dengan Orang Lain, berbicara tentang suatu peristiwa dengan orang lain dapat memengaruhi ingatan kita. Versi cerita orang lain bisa membuat kita meragukan ingatan kita sendiri dan mengubah cara kita mengingat peristiwa tersebut.
Memori palsu tidak hanya terjadi dalam konteks hukum, tetapi juga dapat muncul dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kita mungkin salah ingat tentang detail kecil dari peristiwa yang kita alami, seperti lokasi atau waktu.Â
Hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman dalam hubungan pribadi atau bahkan dalam pengambilan keputusan sehari-hari.Â
Ketidakakuratan ingatan ini menunjukkan bahwa kita harus berhati-hati dalam mempercayai apa yang kita ingat, terutama ketika berhadapan dengan situasi yang emosional atau stress.
Apakah Lupa sama dengan Memori Palsu?
Memori palsu dan lupa adalah dua hal yang berbeda, meskipun keduanya berkaitan dengan ingatan kita.Â
Lupa terjadi ketika kita tidak dapat mengingat sesuatu yang pernah kita ketahui. Misalnya, kita mungkin lupa nama teman lama atau di mana kita meletakkan kunci. Dalam kasus ini, ingatan kita masih ada, tetapi kita tidak bisa mengaksesnya saat itu.
Sementara itu, memori palsu adalah ketika kita mengingat sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi, atau kita mengingatnya dengan cara yang salah.Â