Mohon tunggu...
Apriliani Wulanda
Apriliani Wulanda Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang mahasiswi DKV ISI Yogyakarta yang sedang menempuh semester 5

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kritik DKV - Infografis Harian Kompas

2 November 2015   20:06 Diperbarui: 2 November 2015   20:06 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deskripsi

Infografis yang dibuat oleh Dicky berjudul Konflik Penambang Pasir, Kabupaten Lumajang ini dimuat pada koran harian Kompas Senin, 12 Oktober 2015. Terletak di kolom ke tiga halaman satu. Bentuk infografis ini adalah siku-siku 90◦ (atau huruf “L” terbalik) berukuran 22.7 cm x 21 cm. Bahan kertas yang digunakan adalah kertas koran dan didominasi oleh warna kuning.

Unsur visual yaitu peta pulau Jawa berukuran kecil dibawahnya adalah peta lokasi desa Selok Awar-awar di Kabupaten Lumajang yang menjadi konflik penambang pasir. Selain itu, terdapat foto seorang pria berbaju hitam yang sedang memasang garis polisi di sebuah pendopo. Sebagian sisi luar infografis dibatasi garis berwarna belang kuning-hitam (Kuning: C: 24% M: 16% Y: 100% K: 0% ) (Hitam: C: 56% M: 51% Y: 55% K: 21% ), garis vertikal dimulai dari kiri-bawah dilanjutkan dengan garis horizontal kearah kanan lalu kembali vertikal ke arah atas. Persegi panjang berwarna kuning (C: 21% M: 13% Y: 99% K: 0% ) menumpuk diatas garis belang diberi efek bayangan untuk menempatkan poin-poin kronologi. Selain itu dua tanda panah berwarna merah (C: 29% M: 62% Y: 87% K: 15% ) mengarah kekanan berada di sebelah kiri persegi panjang warna kuning, satunya lagi tanda panah mengarah keatas.

Selanjutnya unsur verbal pada infografis ini yaitu judul “Konflik Penambangan Pasir” menggunakan font Calibri berukuran 14 point berwarna merah (C: 24% M: 78% Y: 100% K: 14% ) bercetak tebal (bold) dengan efek dimensi berwarna kuning sedangkan “Kabupaten Lumajang” berukuran 12 point juga bercetak tebal (bold) namun hanya menggunakan warna kuning (C: 25% M: 14% Y: 88% K: 0% ) dan background judul berwarna hitam (C: 61% M: 59% Y: 62% K: 42% ). Secara keseluruhan judul dibuat kapital (uppercase). Rentetan kronologi waktu dan kejadian menggunakan font yang sama yaitu Calibri berwarna hitam berukuran 10 point, namun poin “26 September 2015” menggunakan warna kuning, lalu poin-poin kejadian menggunakan warna putih dengan background hitam. Pada bagian paling bawah sebelah kiri terdapat sumber berita, sebelah kanan adalah nama fotografer dan pembuat infografik.

 

Interpretasi

Warna kuning mendominasi infografis ini. Kuning merupakan warna pokok yang tergolong warna hangat. Kuning merangsang kreativitas pikiran dan mental sehingga membantu meningkatkan analisis, penalaran logis dan membantu dalam pengambilan keputusan (Hendratman, 2015:124). Kuning menjadi penarik perhatian karena warnanya yang lebih menonjol dibandingkan sekitarnya membuat pembaca langsung memfokuskan mata pada infografis.

Tipografi pada judul menggunakan jenis huruf sans-serif mempunyai keuntungan sangat mudah dibaca (Hendratman, 2015:153). Pemilihan tipografi san-serif cocok dengan isi teks yang banyak sehingga mudah dibaca apalagi dengan ukuran kecil. Warna hitam pada teks juga cocok dengan warna background cerah membuat teks semakin nyaman untuk dibaca.

Garis yang membatasi sebagian sisi infografis dimanfaatkan sebagai flow untuk meletakkan poin-poin kronologi. Garis horizontal melambangkan ketenangan, kedamaian, dan kemantapan (Sanyoto, 2010:95), menunjukkan keadaan kasus pada akhir 2014 hingga Juni 2015 masih belum memanas. Garis vertikal melambangkan kestabilan/keseimbangan, kemegahan, kekuatan, kekokohan, kejujuran, dan kemahsyuran (Sanyoto, 2010:95). Tanggal “26 September 2015” berada pada garis vertikal, flow mengarah keatas menunjukkan keadaan konflik yang memanas karena terjadi pengeroyokan terhadap Tosan, juga kekerasan fisik berujung kematian yang dialami Salim alias Kancil. Setelah itu poin-poin kronologi penyelesaian kasus tersebut terus berkembang hingga poin paling atas “9 Oktober 2015”.

 

Kritik

Infografis ini membantu penjelasan singkat kronologi penyebab konflik penambangan pasir di Kabupaten Lumajang dari awal, puncak, hingga perkembangan terakhir, sesuai dengan teks berita terkait yang ada di kolom atas dan bawah.

Desain infografis ini menarik perhatian dilihat dari warnanya yang kontras dengan teks-teks berita yang ada disekelilingnya, juga letaknya pada halaman pertama koran. Ditambah garis belang kuning-hitam semakin membuatnya mencolok. Namun, ada beberapa elemen yang dirasa kurang tepat dalam infografis ini, seperti:

  • Dua buah tanda panah merah yang berada diatas garis belang lebih baik tidak ditempatkan diatas garis belang karena membuat pembaca sekilas tidak melihat sehingga membingungkan darimana akan mulai membaca.
  • Warna merah pada judul “Konflik Penambang Pasir,” tidak terlihat jelas apalagi dengan background berwarna gelap, efek dimensi yang digunakan membuat teks terlihat tidak menyatu dengan “Kabupaten Lumajang” sedangkan tanda koma menunjukkan masih dalam satu kalimat. Sebaiknya efek dimensi dihilangkan agar judul lebih menyatu dan diberikan warna yang kontras dengan background.
  • Poin “26 September 2015” sekilas tidak terlihat sebagai bagian dari kronologi waktu dan kejadian karena posisi background hitam menempel dengan foto lebih menonjol, lebih baik diberi penekanan dengan menggunakan warna lain.

 

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas, infografis ini menunjukkan informasi yang singkat, padat dan jelas mengenai rencana awal Kepala desa Selok Awar-Awar melakukan sosialisasi bahwa akan dibangun pusat pemandian dan area wisata. Namun rencana tersebut tidak berhasil, akhirnya aktivitas penambang pasir dimulai, seiring waktu menjadi marak hingga warga terpecah menjadi dua kubu pro dan kontra penambang pasir. Puncak konflik terjadi ketika Sekelompok warga pro penambang pasir menganiaya Tosan juga Salim yang berujung pada kematian Salim. Kemudian kasus ini ditangani pihak berwajib terus mengalami perkembangan baik hingga persidangan terduga tiga orang polisi.

Sebagai seorang desainer komunikasi visual, pertimbangan dalam penggunaan unsur desain yang tepat akan membuat hasil suatu karya menjadi lebih baik. Begitu pula dengan kejelasan informasi yang diberikan. Gabungan dari dua hal tersebut akan menghasilkan suatu desain komunikasi visual yang sangat bermanfaat dalam menjabarkan informasi kepada audiens. 

 

 

Daftar Pustaka

 Ebdi Sanyoto, Sadjiman. 2010. Nirmana Elemen-Elemen Seni Dan Desain. Yogyakarta: Jalasutra

 Hendratman, Hendi. 2015. Computer Graphic Design. Bandung: Informatika.

 

Lampiran

  • Objek Kritik DKV

 

 

  • Re-design

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun