Meisya melangkah cepat dengan nafas memburu. Nenek berkebaya hitam dengan rambut  tergelung di atas kepala itu masih mengikutinya. Sesampainya di ujung jalan, Meisya membalikkan badannya. Mereka berhadapan-hadapan sekarang. Wanita tua itu menatap Meisya dengan mata menyorot tajam. Mata itu memancarkan daya magis yang seakan bisa menembus hingga ke relung jiwanya.
"Siapa Anda? mengapa anda mengikuti saya sejak tadi? " Meisya melempar pertanyaan yang sejak tadi ingin ditanyakannya pada sosok wanita itu.Â
Dadanya naik turun, mengatur nafasnya yang tak beraturan.Â
Wanita tua itu bukannya menjawab, melainkan justru berkomat-kamit membaca rangkaian frasa yang terdengar aneh di telinga Meisya. Kalimat yang dibaca berulang-ulang dengan artikulasi tak jelas. Kemudian, dengan gerakan sangat cepat, wanita tua tersebut meniupkan bacaannya tersebut ke tubuh Meisya.Â
Meisya menarik tubuh untuk menghindar, namun tak bisa. Ada kekuatan tak  kasat mata yang menahannya sehingga badannya tak dapat digerakkan. Meisya mendengar suara angin yang berhembus kencang yang berputar-putar lalu menyambar tubuhnya.Â
Dan, Meisya pun terjaga dari tidurnya. Jantungnya berdetak kencang. Â Firasat apakah mimpinya tadi ? ia bertanya dalam hati, seraya mengusap keningnya yang berpeluh.Â
***
Rabu sore.Â
Meisya tengah di kantornya, bersiap untuk pulang. Tiba-tiba ponselnya bergetar, ada notifikasi pesan masuk.Â
Meisya membuka pesan Whatsapp masuk. Sesaat, kedua mata indahnya menyipit dan dahinya berkerut. Sebuah pesan berisi sapaan manis selamat sore dikirim dari nomor asing yang tak dikenalnya. Meisya membuka foto profilnya dan terkejut melihat foto yang terpampang di sana. Edwin?