Wajah Yanti berkelebat dalam ingatanku. Aku teringat canda tawa kami semasa kerap menghabiskan waktu bersama di kampus. Aku teringat kebaikan dan ketulusan yang kerap ia tunjukkan yang tanpa pamrih. Yanti adalah sosok sahabat sejati yang selalu ada untukku, baik saat aku senang maupun sedih.
Aku menghela nafas panjang. Berbagai perasaan bercampur aduk di dalam hatiku saat ini, yang jelas aku sedih. Sangat sedih. Aku pun mohon diri pada ibu tetangga Yanti. Dan berbekal ancer-ancer lokasi makam Yanti dari ibu tetangga, aku pun menuju ke sana, untuk memberikan doa dan penghormatan terakhir untuknya.
Di sisi pusara Yanti yang masih basah tanahnya dan dipenuhi oleh taburan bunga  mawar yang masih belum layu, aku duduk bersimpuh. Rasa di dadaku berbaur antara kehilangan, rindu dan ikhlas melepasnya. Kupanjatkan doa tulus untuk Yanti. Terima kasih untuk semua yang kita lalui bersama, Yanti. Selamat jalan sahabatku.Â
#Teruntuk Yanti sahabatku, surga terindah bagimu, Aamiin.
**Selesai**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H