Namun, tanpa disadari oleh Bagas, ternyata ada sebentuk 'monster' di dalam dirinya yang ikut bertumbuh sedari ia kecil hingga dewasa. Monster itu terlahir dari luka batin dan kesedihan karena menerima berbagai hinaan dan cemoohan orang karena kemiskinan keluarganya dulu.Â
Juga dari ketakutan Bagas karena kerap melihat bapak memukuli emak. Kala itu Bagas kecil hanya bisa meringkuk gemetar bersama adiknya di sudut ruangan. Masalah ekonomi yang membelit keluarga mereka mengakibatkan emak dan bapak bertengkar hampir setiap hari.
Â
'Monster' itu, kini tumbuh semakin besar & kuat. Dia kerap membisiki Bagas untuk meluapkan tumpukan luka batin dengan cara melakukan KDRT kepada istrinya. Setiap Kali Bagas tertekan karena pekerjaan, Bagas kerap ringan tangan pada Aishwarya, istrinya. Bagas juga sering membanting perabot rumah tatkala emosinya tak terkendali. Wajah memar biru menjadi penampilan yang kerap nampak di wajah sang istri. Dan, Aishwarya wanita lemah lembut itu pun menyerah. Ia memilih melepaskan mahligai perkawinan yang telah dibinanya selama 20 tahun bersama Bagas.Â
Tak hanya sampai di situ, 'monster' pada diri Bagas juga menjerumuskan Bagas pada sebuah hubungan dengan wanita lain, yang ternyata wanita tersebut hanya menjual cinta palsunya pada Bagas. Bagas terlena dengan sandiwara cinta wanita itu, hingga wanita itu berhasil menguras habis harta bendanya.Â
Monster itu bagai tak ada kenyangnya, ia menghasut Bagas agar berani menentang bossnya. Dengan sikap arogan yang diajarkan si 'monster', Bagas menentang kebijaksanaan bossnya. Akhirnya, ia pun harus menelan pil pahit di PHK oleh perusahaannya.Â
Hantaman demi hantaman kehidupan yang bertubi-tubi datang menyerangnya, menjadikan pertahanan diri Bagas runtuh.Â
Dan di suatu sore yang berawan kelabu pekat, Â Bagas yang kala itu tengah berkendara motor ke swalayan untuk membeli sebungkus rokok, tiba-tiba merasakan kepalanya berdenyut sangat pusing. Ia merasakan tubuhnya menjadi ringan, sangat ringan dan melayang.Â
"Braaaak... !!" samar-samar ia mendengar suara keras dan tubuhnya terbentur pada sebuah permukaan kasar.Â
***
"Ayah, ayo makannya dihabiskan. Ayah harus makan banyak agar cepat pulih, " terdengar suara lembut Ishan, Â putra sulung Bagas memporak porandakan lamunan Bagas.Â