Semilir angin berhembus, meniup rambut Sekar ayu. Sekar ayu merapikan rambut, menyatukannya dan membawanya ke sisi bahu depan. Hingga nampak dari samping kecantikannya yang alami mempesona.
"Aku merindukanmu, Daka, " Sekar berucap sambil tertunduk malu.Â
"Aku juga merindukanmu, " Kamandaka merasakan senandung renjana mengalun di hatinya.Â
Sekar ayu memejamkan kedua matanya. Hatinya bergejolak. Sejatinya, ia tak boleh membiarkan dirinya jatuh cinta pada siapapun, tidak jua kepada lelaki di sampingnya ini. Ia telah terikat  dengan 1 ikrar. Namun, ia tak kuasa untuk melawan pesona pemuda gagah Kamandaka yang telah menjeratnya.Â
Hujan turun membasahi mayapada, wajah desa bertambah pekat seiring senja yang merayap.Â
Dan 2 insan yang telah tertawan asmara ini pun terhanyut. Silap. Dangau bambu menjadi saksi bisu cerita cinta mereka.Â
***
Desa Ngampel geger.Â
Mayat seorang gadis ditemukan di dalam hutan, di batas sungai. Gadis itu adalah Sekar ayu, sang penari. Tak diketahui apa yang telah terjadi padanya.
Kamandaka, sang pemuda duduk berlutut di sisi kekasihnya yang telah terbujur kaku. Dengan tangan dingin gemetar, perjaka itu mengeluarkan sebuah kotak ukir kecil dari dalam saku bajunya. Dibukanya kotak itu dan dikeluarkannya sebentuk cincin emas dari dalamnya.Â
"Sekar, lihatlah aku membelikanmu cincin. Aku bermaksud hendak meminangmu. Kenapa kau kini pergi meninggalkanku?" serak suara Kamandaka, berbaur lara dan nestapa yang menyesakkan dadanya.