Mohon tunggu...
Lovely April
Lovely April Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Follow FB: @lovelyapril888

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau dan Sahabatmu

6 Februari 2024   16:22 Diperbarui: 15 Agustus 2024   13:53 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan, karena tujuan hidupku dan Anjas ketika itu berbeda, meski besar cintaku padanya aku pun memutuskan hubungan kami. Setelah putus, kami tak lagi saling terhubung. Komunikasi terputus. Aku tak tahu kabarnya, demikian pula sebaliknya ia tak mengetahui kabarku. 

***

Rabu sore. 

Pulang kantor, Anjas kembali memintaku untuk bertemu lagi dengannya. Aku mengiyakan, karena ada yang ingin kukatakan juga kepadanya. Dan kuharap, ini adalah waktu yang tepat untuk bicara padanya. 

Kami bertemu di taman dekat perbatasan kota. Ada sebuah danau indah di sana dengan beberapa ekor angsa putih cantik. Juga terdapat beberapa bangku besi vintage di tepi danau. Kami memilih duduk di sebuah bangku yang berhadapan dengan tanaman bunga lily nan cantik. Bunganya berwarna-warni, ada kuning, merah dan putih. Sungguh panorama yang menyejukkan mata. Rasa penatku karena pekerjaan di kantor luruh seketika, berganti dengan rasa sukacita. 

"Jihan, maafkan aku jika dulu mengulur waktu untuk menikahimu. Ternyata mencapai karir impian tak membuatku sepenuhnya menjadi bahagia. Setelah kehilanganmu, aku baru menyadari bahwa aku sangat mencintaimu. Dan aku menyesal telah membuatmu terlepas dari hidupku, " Anjas berkata. 

Bilur-bilur penyesalan terlukis di kedua bola matanya. 

Anjas mencondongkan tubuhnya ke depan, kedua tangannya dilipat dan ditumpukan pada pahanya. Anjas masih terlihat tampan seperti saat terakhir kali aku berjumpa dengannya. 

"Seharusnya dulu aku mendengarkan nasehat Iqbal. Iqbal bilang, karirku sudah cukup mapan dan aku juga bisa mengembangkan karir bersamaan dengan menikahimu. Iqbal bilang, kamu wanita baik. Dan aku ....pasti akan menyesal bila membiarkanmu pergi, " Anjas melanjutkan ucapannya. "Kamu ingat Iqbal kan, Jihan ? sahabatku waktu SMA. beberapa kali kita pernah jalan bersama waktu itu. Aku putus kontak dengannya lama, Jihan. Yah, aku terlalu sibuk dengan egoku mengejar karir, sehingga putus kontak denganmu dan juga Iqbal."

Aku menarik nafas panjang dan hendak bersuara, namun Anjas lebih dulu berbicara. 

"Kau tahu Jihan, Iqbal adalah sahabat terbaikku. Ia pria yang matang secara emosional dan bertanggung jawab. Hatinya baik. Dan ia memiliki effort kerja yang bagus. Sungguh bahagia wanita yang menjadi istrinya. Sebab, aku percaya ia bisa membahagiakan pasangannya," Anjas berkata padaku sambil tersenyum, "apa kabar Iqbal sekarang ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun