Mohon tunggu...
Apriliana Jumiyati
Apriliana Jumiyati Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Sarjana Teknik Sipil - NIM 41124010091 - Fakultas Teknik - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ranggawarsita Tiga Era, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia

31 Oktober 2024   21:13 Diperbarui: 31 Oktober 2024   21:22 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dasarnya, orang yang terlibat dalam tindakan korupsi mungkin akan mendapatkan kekayaan atau pengaruh sesaat, tetapi kehilangan integritas dan rasa puas yang sesungguhnya. Hal ini tercermin dalam frasa Begja-begjaning kang lali, luwih begja kang eling lan waspada, yang berarti bahwa kebahagiaan orang yang mengikuti arus "jaman edan" masih kalah dengan kebahagiaan yang didapatkan oleh mereka yang tetap menjaga kesadaran dan kewaspadaan moral.

Kata-Kata Kunci dan Konsep Penting dalam Bait

1.Amenangi - Menyaksikan atau hidup di dalam zaman tertentu. Dalam hal ini, menyaksikan "jaman edan".

2.Jaman edan - Suatu masa yang penuh dengan kegilaan, atau lebih tepatnya moralitas yang rusak.

3.Ewuh aya ing pambudi - Kesulitan dalam bertindak atau mengambil keputusan yang benar.

4.Milu edan nora tahan - Ikut gila tetapi tidak tahan, yang berarti seseorang terjebak dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan nuraninya.

5.Eling lan waspada - Mengingat dan waspada; ajakan untuk tetap sadar akan moralitas dan tetap berhati-hati dalam bertindak.

Setelah era keemasan, datanglah Katatidha—zaman ketidakpastian yang dipenuhi dengan keraguan dan krisis kepercayaan. Ranggawarsita menggambarkan masa ini sebagai era di mana moralitas mulai goyah, dan masyarakat kehilangan arah. Ketidakpastian ini ditandai dengan rasa ketidakadilan, ketidakjelasan masa depan, serta hilangnya kepercayaan pada para pemimpin. Krisis kepemimpinan yang terjadi pada Katatidha mendorong rakyat untuk mempertanyakan moralitas dan kompetensi pemimpin yang ada.

Kalatidha adalah representasi dari masa transisi yang kacau, dan ini sangat relevan dengan situasi politik dan sosial di Indonesia pasca-Orde Baru. Masa transisi menuju demokrasi yang dimulai pada tahun 1998 membawa harapan besar, namun juga menciptakan ketidakpastian yang masif. Reformasi yang seharusnya membawa perubahan signifikan justru membuka jalan bagi kebangkitan aktor-aktor politik yang tidak sepenuhnya memiliki komitmen pada demokrasi dan keadilan sosial.

Fenomena korupsi yang terjadi pada masa Kalatidha mencerminkan bagaimana transisi politik yang tidak tuntas membuka celah bagi praktik penyalahgunaan kekuasaan. Pada masa ini, korupsi bukan hanya terjadi di tingkat elit, tetapi juga merambah ke level birokrasi yang lebih rendah. Ketidakpastian dalam sistem hukum dan politik membuat korupsi menjadi endemik, dan masyarakat semakin kehilangan kepercayaan pada institusi-institusi negara.

Makna Filosofis dan Moralitas dalam Teks Serat Kalatidha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun