Setelah membahas berbagai aspek kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono, kita kini akan memasuki pembahasan mengenai konsep "Being and Time" dalam konteks Lifeworld, yang menyoroti dialektika antara cahaya dan gelap. Konsep ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana individu dapat mengarungi kehidupan melalui tantangan dan ketidakpastian dengan sikap yang positif dan penuh harapan.
Being and Time Lifeworld
Sebagai manusia kita harus memahami esensi atas keberadaan kita dan hubungannya dengan waktu dan lingkungan. Dalam konteks ini, "Lifeworld" merujuk pada pengalaman hidup sehari-hari yang membentuk cara pandang dan nilai-nilai individu. Kehidupan yang dilalui tidak terlepas dari berbagai tantangan, yang dalam istilah Panji sering digambarkan sebagai perjalanan dari kegelapan menuju cahaya.
Dialektika Cahaya dan Gelap
Ada sebuah dialektika yang penting antara cahaya dan gelap, yang menandakan bahwa dalam setiap fase kehidupan, terdapat keseimbangan yang harus dipahami dan diterima, bahwa dalam setiap aspek kehidupan, selalu ada momen-momen sulit yang harus dihadapi. "Ngawula dhateng kawulaning Gusti lan memayu hayuning urip, tanpa pamrih, tanpa ajrih, jejeg mantep, mawi pasrah," menggambarkan sikap mengabdi kepada Tuhan dan masyarakat dengan tulus. Makna dari kalimat ini menunjukkan komitmen untuk menjalani hidup tanpa pamrih dan ketakutan, serta bertumpu pada keyakinan kepada Tuhan sebagai pelindung. Dialektika ini menekankan bahwa cahaya dan kegelapan, sukacita dan penderitaan, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup. Hal ini sangat mendorong mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa untuk terus berjuang, "Wosipun inggih punika ngupadosi padhang ing peteng, seneng ing sengsara tunggaling sewu yuta," yang berarti tujuan hidup adalah mencari cahaya dalam kegelapan, dengan belajar dan berjuang untuk mencapai kesuksesan meskipun menghadapi banyak rintangan.
Sikap ini harus ditanamkan dalam diri setiap individu, terutama di lingkungan pendidikan, di mana siswa sering kali dihadapkan pada tantangan akademis maupun emosional. Mereka perlu diajarkan untuk tidak menyerah pada kesulitan, tetapi sebaliknya, menjadikan tantangan sebagai batu loncatan untuk meraih impian mereka.
1. Mengabdi dengan Tulus
Konsep mengabdi kepada Tuhan dan masyarakat tanpa pamrih menjadi fondasi penting dalam pengembangan karakter siswa. Dengan menekankan pentingnya pengabdian, Raden Mas Panji Sosrokartono mengajarkan bahwa hidup harus berorientasi pada kebaikan dan kesejahteraan bersama. Pengabdian ini tidak hanya terbatas pada tindakan fisik, tetapi juga mencakup pengembangan sikap mental dan spiritual.
Dalam lingkungan pendidikan, pengabdian dapat diwujudkan melalui berbagai kegiatan, seperti:
a) Kegiatan Sosial
Mengajak mahasiswa terlibat dalam program pengabdian masyarakat, seperti membantu mereka yang kurang beruntung, atau berpartisipasi dalam proyek lingkungan, dapat membantu mereka memahami pentingnya memberi kembali kepada komunitas.
b) Mentoring dan Pembinaan