Mohon tunggu...
Aprilia Kusuma Dewi
Aprilia Kusuma Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS GADJAH MADA

Menyukai hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ketenangan dalam Keramaian Alam: Tlaga Putri Kaliurang

13 September 2024   10:54 Diperbarui: 13 September 2024   11:06 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Aku memiliki teman berinisial N, yang menemani perjalananku kali ini. N adalah sahabatku sejak bangku kuliah. Mengingat masa-masa sinting mengerjakan tugas bersama, akhirnya kami bisa benar-benar bersantai dan menikmati keindahan alam tanpa beban apapun. 2 September 2024, kami berdua memutuskan untuk bermain dengan pikiran yang kosong. 

Dering telfon mengagetkanku. Itu N, dengan nada ceria, ia memintaku membuka gerbang kos. "Aku mau dandan di sini boleh, ya? Hehe, aku udah di bawah nih. Kalau males turun, kunci dilempar aja!". Aku sangat malas membukakan gerbang, bukan karena aku tidak suka, berada di lantai teratas menumbuhkan rasa malas yang tinggi, apalagi hanya sekedar membuka pintu. Akhirnya aku membuat keputusan untuk memberikan kunci dari atas. "N aku turunin kunci dari atas aja ya nanti kamu buka sendiri" kataku. Aku menurunkan kunci dari atas menggunakan tali yang panjangnya 10 meter.

Derap langkah tergesa-gesa mulai terdengar. Dengan nafas yang tersendat N mengatakan "aku mau dandan disini aja, biar nanti gak buru-buru. Oh ya, ini makanan dari nenekku" sambil menjulurkan kantong belanja yang berisi bekal. Aku sangat berterima kasih kepada N dan neneknya, karena pada saat itu aku juga belum sarapan. Kita berdua duduk bersila sambil bersiap-siap. Udara kamar terasa berdesir penuh dengan semangat yang tak terbendung, menanti kejutan yang akan kami temui. Tiba-tiba suara klakson mobil di luar jendela bagai irama yang memanggil kami untuk segera bergabung dengan rombongan. Bersiap untuk meluncur ke petualangan sore hari.

Mobil melaju dengan lincah, membelah hiruk pikuk kota. Suara musik yang mengalun syahdu menjadi teman setia kami dalam perjalanan. Lagu-lagu itu bagai mantra yang menghipnotis kami. Beranggotakan 5 orang mulai menuju Tlaga Putri, sebuah destinasi yang menjanjikan ketenangan dan keindahan alam yang berbeda. Sesampainya disana, sekitar pukul empat sore, kami disambut oleh panorama alam yang begitu memesona. Udara sejuk membelai kulit, sementara pemandangan hijau sejauh mata memandang membuat hati terasa tenang. Kabut tipis yang menyelimuti bagai selendang lembut yang membungkus keindahan alam. 

Waktu menunjukkan pukul 4 sore, tiba-tiba terdengar suara bergemuruh yang berasal dari perutku. Entah kenapa, rasanya seperti ada badai sedang mengamuk di sana. Untuk mengatasi hal ini, maka sebelum memulai petualangan, kami memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu di Warung Kedai Plawangan. Aroma sedap makanan menguar dari Warung Kedai Plawangan. Nasi goreng, indomie, dan berbagai macam minuman segar terpampang menggoda di menu. Sederhana namun menggugah selera. Sambil menikmati hidangan, kami saling berbagi cerita dan tawa, menjalin persahabatan yang semakin erat. Setelah perut kenyang, kami langsung menuju tempat penyewaan skuter. Di area yang lebih terbuka, kami melihat banyak orang yang sedang bermain skuter. Anak-anak terlihat begitu ceria meluncur di atas skuter, mengelilingi lapangan yang luas. Kami pun tak mau ketinggalan, ikut menyewa skuter dan bergabung dengan mereka. 

"Mas, ini sewa skuternya berapa ya?" tanyaku pada seorang pria yang sedang mengatur persewaan.

"Oh, ini kalau 30 menit 20 ribu" jawabnya ramah sambil memberikan daftar harga persewaan.

"Sepeda listrik juga bisa kak, kalo mau berdua." kata salah satu temannya.

Dengan harga yang terjangkau semangat kami terpicu. Sebelum memulai perjalanan, kami mendapatkan penjelasan mengenai SOP mengendarai skuter, mulai dari wajib memakai helm, keselamatan ditanggung masing-masing pengguna, dilarang bermain handphone, dan kebebasan menentukan rute perjalanan sesuai dengan minat kami, yang terakhir jika melanggar akan mendapatkan denda senilai 50.000. Rute perjalanan skuter tidak hanya terbatas di lapangan yang telah disediakan, namun penyewa juga dapat mengendarai di jalan setapak yang lebih menantang. Kami memutuskan untuk menjelajahi lebih jauh. 

Dengan penuh semangat, kami menyewa skuter dan mulai berpetualang. Bersama-sama mulai melaju menyusuri jalan yang berkelok-kelok. Sinar matahari menembus sela-sela dedaunan, menciptakan pola-pola indah di tanah. Kami berlomba-lomba, tertawa lepas, melupakan sejenak segala beban pikiran. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah dan harumnya pohon yang menenangkan. Aku memejamkan mata, menikmati sensasi angin yang menerpa wajah. Rasanya seperti terbang bebas tanpa beban. N yang berada di sampingku ikut tertawa lepas. "Gila sih, seru banget ya!" teriaknya. Dalam sekejap, segala kepenatan dan masalah seakan terhapus.

Skuter kami meluncur mulus di atas aspal yang sedikit kasar. Getaran mesin terasa sampai ke telapak tangan. Sensasi ini, bagi kami, adalah bagian tersendiri dari keseruan petualangan. Aku memperhatikan setiap detail di sekitar: daun-daun yang menari, batang pohon yang kokoh, dan awan putih yang berarak perlahan di langit biru. Sesekali, kami berhenti untuk sekedar menikmati pemandangan atau berfoto. Kami juga melewati kelompok monyet yang duduk di tengah jalan. N takut dengan monyet, namun disisi lain dia juga sangat antusias untuk mengabadikan mereka dengan kameranya.

 Menelusuri sepanjang jalan, kami melihat berbagai jajanan di bibir jalan Taman Kaliurang, kami berhenti sejenak dan membeli beberapa makanan untuk menemani aktivitas kami. Suasana yang tenang dan asri membuat kami merasa begitu rileks. Kami saling bercanda dan tertawa, mempererat tali persahabatan. Perjalanan kami semakin seru saat kami memutuskan untuk mencari patung udang yang menjadi ikon wisata Kaliurang. Setelah bertanya kepada pengunjung lain, akhirnya kami menemukan patung tersebut. Dengan penuh kegembiraan, kami berpose bersama di samping patung udang. 

Melalui aktivitas ini kebebasan dapat dirasakan. Setiap sudut menyimpan keindahan yang tak terkira. Kami berpose di setiap spot foto yang menarik, mengabadikan momen-momen indah ini dalam sebuah bingkai kenangan. Cahaya matahari sore yang hangat menyinari wajah kami, membuat setiap foto tampak begitu sempurna.

Matahari mulai meredup, langit berubah menjadi kanvas pelukis yang menyajikan gradasi warna yang memukau. Dinginnya udara khas pegunungan langsung menyelimuti, membuai kami dalam suasana yang begitu damai. Matahari yang mulai hilang menyadarkan kami bahwa waktu sudah berlalu cukup lama. Waktu penyewaan hampir berakhir, kami kembali dengan keceriaan yang tak bisa digambarkan. Kenangan ini sangat berharga bagiku, berkenalan dengan orang baru, saling bertukar cerita, mendapatkan fakta-fakta baru seputar kehidupan saat ini. 

Hari mulai gelap. Kami pun memutuskan untuk kembali ke kota. Kami berpisah dengan perasaan puas dan bahagia. Dalam perjalanan pulang, kami masih saja terhanyut dalam suasana tenang dan damai ditemani dengan gemerlapnya bintang yang seolah menemani. Petualangan sore ini telah memberikan banyak kenangan indah yang akan selalu tersimpan di dalam hati. Tlaga Putri, dengan keindahan bukit dan kota yang tersimpan jelas dalam memori, alamnya yang memukau dan keakraban bersama teman-teman baru, telah menjadi sebuah cerita yang tak akan pernah aku lupakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun