Dengan penuh semangat, kami menyewa skuter dan mulai berpetualang. Bersama-sama mulai melaju menyusuri jalan yang berkelok-kelok. Sinar matahari menembus sela-sela dedaunan, menciptakan pola-pola indah di tanah. Kami berlomba-lomba, tertawa lepas, melupakan sejenak segala beban pikiran. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah dan harumnya pohon yang menenangkan. Aku memejamkan mata, menikmati sensasi angin yang menerpa wajah. Rasanya seperti terbang bebas tanpa beban. N yang berada di sampingku ikut tertawa lepas. "Gila sih, seru banget ya!" teriaknya. Dalam sekejap, segala kepenatan dan masalah seakan terhapus.
Skuter kami meluncur mulus di atas aspal yang sedikit kasar. Getaran mesin terasa sampai ke telapak tangan. Sensasi ini, bagi kami, adalah bagian tersendiri dari keseruan petualangan. Aku memperhatikan setiap detail di sekitar: daun-daun yang menari, batang pohon yang kokoh, dan awan putih yang berarak perlahan di langit biru. Sesekali, kami berhenti untuk sekedar menikmati pemandangan atau berfoto. Kami juga melewati kelompok monyet yang duduk di tengah jalan. N takut dengan monyet, namun disisi lain dia juga sangat antusias untuk mengabadikan mereka dengan kameranya.
 Menelusuri sepanjang jalan, kami melihat berbagai jajanan di bibir jalan Taman Kaliurang, kami berhenti sejenak dan membeli beberapa makanan untuk menemani aktivitas kami. Suasana yang tenang dan asri membuat kami merasa begitu rileks. Kami saling bercanda dan tertawa, mempererat tali persahabatan. Perjalanan kami semakin seru saat kami memutuskan untuk mencari patung udang yang menjadi ikon wisata Kaliurang. Setelah bertanya kepada pengunjung lain, akhirnya kami menemukan patung tersebut. Dengan penuh kegembiraan, kami berpose bersama di samping patung udang.Â
Melalui aktivitas ini kebebasan dapat dirasakan. Setiap sudut menyimpan keindahan yang tak terkira. Kami berpose di setiap spot foto yang menarik, mengabadikan momen-momen indah ini dalam sebuah bingkai kenangan. Cahaya matahari sore yang hangat menyinari wajah kami, membuat setiap foto tampak begitu sempurna.
Matahari mulai meredup, langit berubah menjadi kanvas pelukis yang menyajikan gradasi warna yang memukau. Dinginnya udara khas pegunungan langsung menyelimuti, membuai kami dalam suasana yang begitu damai. Matahari yang mulai hilang menyadarkan kami bahwa waktu sudah berlalu cukup lama. Waktu penyewaan hampir berakhir, kami kembali dengan keceriaan yang tak bisa digambarkan. Kenangan ini sangat berharga bagiku, berkenalan dengan orang baru, saling bertukar cerita, mendapatkan fakta-fakta baru seputar kehidupan saat ini.Â
Hari mulai gelap. Kami pun memutuskan untuk kembali ke kota. Kami berpisah dengan perasaan puas dan bahagia. Dalam perjalanan pulang, kami masih saja terhanyut dalam suasana tenang dan damai ditemani dengan gemerlapnya bintang yang seolah menemani. Petualangan sore ini telah memberikan banyak kenangan indah yang akan selalu tersimpan di dalam hati. Tlaga Putri, dengan keindahan bukit dan kota yang tersimpan jelas dalam memori, alamnya yang memukau dan keakraban bersama teman-teman baru, telah menjadi sebuah cerita yang tak akan pernah aku lupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H