Mohon tunggu...
Aprilia Damarani
Aprilia Damarani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya merupakan mahasiswi Ilmu komunikasi, saya mampu berdaptasi dengan lingkungan baru, terbiasa bekerja sama dalam team, aktif dalam beberapa organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Perlakuan spesial tidak di sukai oleh Teman Netra: Belajar dari organisasi Ruang Internasional

13 April 2023   14:46 Diperbarui: 16 April 2023   23:49 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemuda adalah generasi penerus bangsa, Dimana nasib sebuah negara nantinya akan bergantung pada pemuda itu sendiri. Dengan begitu saya sebagai pemuda ingin berperan aktif untuk membantu pemuda Indonesia lainya dalam beberapa bidang tertentu. Bergabung dalam komunitas pemuda Indonesia dengan memiliki visi dan misi yang sama adalah solusinya. Tentunya untuk membawa perubahan dan berdampak positif untuk masyarakat Indonesia melalui kegiatan-kegiatan hasil kreativitas dan inovasi anak bangsa. Organisasi atau komunitas memiliki pengaruh yang paling efektif bagi pemuda, yaitu sebagai wadah bertukar pikir, pendapat, dan rasa. Segala perbedaan akan disatukan menjadi suatu karya yang luar biasa melalui aksi nyata pemuda di tengah masyarakat Indonesia.

Ruang Internasional merupakan organisasi pemuda Anti-Mainstream yang bediri pada 19 september 2019. Kini Ruang Internasional sudah berada di kamboja dan sedang merintis struktur kepengerusuan pada negara tersebut, dan tentunya beberapa pemuda Indonesia terlibat dalam hal ini. Organisasi pemuda ini berfokus pada bidang Writing, Public Speaking, Leadership, Research, Entrepreneurship, Mentoring, Volunteering, Global Youth Relationship, and Advocacy. Saya bergabung dan memutuskan untuk aktif dalam organisasi ini pada tahun 2020 dengan posisi sebagai Public Relations Officer. berjalanya waktu, saya di percayai untuk menjadi Public Relations Manager, lalu berlaih menjadi Marketing Manager, dan di percayai untuk naik menjadi Executive director of Ruang Internasional Indonesia hingga saat ini. Begitu panjang proses yang saya hadapi untuk berperan aktif sebagai seorang pemuda di organisasi Ruang Internasional. Banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan dalam proses yang saya jalani dalam organisasi ini. Tentunya dapat menambah wawasan saya, pengalaman, serta rasa pengabdian terhadap negara sebagai seorang pemuda melalui karya yang dihasilkan.

Dari banyaknya kegiatan pemuda yang diselenggrakan oleh Ruang Internasional, terdapat satu kegiatan yang berhasil merubah sudut pandang saya terhadap orang tertentu. Ya, merekalah teman Netra. Apa yang sebenarnya kita pikirkan, kita rasakan, belum tentu sesuai dan dapat di terima oleh teman netra.

                                                                                                                          

Lalu bagaimana bisa bertemu dengan teman netra?

Beginilah ceritanya..

            Pada tahun 2022, Ruang Internasional mengirimkan beberapa delegasi untuk menghadiri Community Gathering by Indorelawan, saya menjadi salah salah satu delegasi tersebut. Di sana terdapat beberapa komunitas yang turut hadir untuk memeriahkan acara tersebut melalui sharing dan diskusi antar komunitas mengenai visi dan misi atau background dari tiap komunitas. Lalu saya bertemu dengan dua orang perawakilan dari komunitas Kartunet, mereka Banyu dan Ara. Ada hal yang paling berkesan pada saat bertemu mereka. “Proud of them” terlintas dalam pikiran saya. Mereka terlahir dalam kondisi mata yang tidak bisa melihat. Berjalan dengan dua kaki, meraba sekitar dengan dua tangan, mendengar suara, mencium berbagai aroma, mencicipi berbagai rasa makanan atau minuman, dan merasakan suasana di sekitar, itulah yang dapat mereka andalkan. Hal yang paling menarik adalah hanya mereka berdua pemuda netra yang berasal dari tanggerang dan hadir dalam kegiatan ini yang pada waktu itu di selenggarakan di sekitar Jakarta dengan menggunakan transportasi umum. Hebat bukan? Tentu saja.

            Bukan sekedar hari itu, saya tetap bekomunikasi baik dengan mereka dan sampai pada saatnya Ruang Internasional mengadakan kegiatan khusus bagi teman netra, kegiatan ini bernama “R.I Disabilities Hangout”. Dimana kegiatan ini di selenggarakan dalam bentuk kegiatan di luar ruangan, yaitu hangout di sekitar Jakarta dengan memanfaatkan Transjakarta (Tj) sebagai transportasi umum untuk menyambung dari tempat yang satu ke tempat yang lainya. Titik kumpul bermula dari Stasiun Sudirman, melanjutkan perjalanan ke Perpusnas Jakarta, tujuan terakhir adalah Sunyi Coffee di Kota Tua. Selama di perjalanan, beberapa dari kami menuntun teman-teman netra dari awal sampai selesainya kegiatan. Dari kegiatan ini di harapkan dapat menumbuhkan rasa saling percaya, saling menghormati, dan menumbuhkan satu rasa yaitu bahwa tidak ada perbedaan antara kami dengan teman-teman netra.

sunyi-coffee-6437b5164addee0f73429142.jpg
sunyi-coffee-6437b5164addee0f73429142.jpg
            Selama kegiatan tersebut kami bertanya dan berdiskusi dengan teman-teman netra mengenai kehidupan dan keseharian mereka. Ada beberapa yang terlahir dengan kondisi mata tidak bisa melihat, adapun juga beberapa yang mengalami kebutaan pada usia anak hingga remaja karena suatu musibah atau kecelakaan.

“Berarti kalian sempat melihat sebelum menglami musibah tersebut” saya bertanya kepada teman netra yang tidak dari lahir.

“Iya, dulu kami bisa melihat apapun” Jawab mereka.

“Lalu bagimana kalian bisa menerima kondisi seperti ini?” Pertanyaan keluar dari mulut saya untuk semua teman-teman netra.

“Bersyukur, jalani apa yang ada. Yakin pada potensi yang kita miliki!” Jawab mereka dengan semangat.

Tidak bisa melihat bukanlah suatu alasan mereka untuk tidak mempunyai mimpi. Banyak mimpi yang ingin mereka raih dengan kondisi keterbatasan fisik. Satu hal yang membuat kami semua kaget dan kagum, bahwa mayoritas mereka sedang menempuh pendidikan S1 di salah satu universitas di tanggerang dengan berbagai jurusan. Bahkan satu dari mereka adalah lulusan S1 Sastra Inggris. Hebat bukan? Tentu saja.

            Dari segala potensi dengan segala keoptimisan mereka, ada satu hal yang sangat di sayangkan dan membuat saya turut berpikir dan merasakan apa yang dirasakan mereka.


“INKLUSIVITAS TERHADAP ORANG NETRA”

Masih banyak masyarakat yang belum open dengan keberadaan orang penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus. Masih banyak terdapat perlakuan tidak setara atau diskriminatif dan menanggap remeh, bahkan memiliki rasa kasihan yang berlebihan terhadap temen disabilitas. Apakah kalian pernah berfikir, akankah sikap seperti itu menyakiti mereka?

Mereka itu sama, hanya berbeda secara fisik yang terbatas. Bahkan bisa saja potensi yang mereka miliki melebihi orang-orang yang terlahir dengan kondisi fisik yang lengkap, tidak ada keterbatasan. Contohnya, mereka bisa membalas pesan dan mengetik dengan cepat dengan bantuan “pembaca layar” pada pengaturan di handphone, yaitu mendengar suara atau arahan dari sana dengan intonasi yang sangat cepat, indra pendengar mereka lebih peka dan cepat untuk menangkap kata dibandingkan dengan orang non-netra. Lalu mereka bisa berkuliah, mengerjakan tugas,mengetik, mengedit, berjalan kemanapun sendiri layaknya kita semua. Banyak sekali potensi yang mereka miliki.

            Inklusivitas menjadi penghalang bagi teman-teman disabilitas untuk membantu mereka dalam meraih mimpinya. Masih banyak dari mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan, sulit mendapatkan teman non-disabilitas, dan mendapatkan pengalaman menarik lainya. Mengapa? Karena mereka tidak di berikan kesempatan. Banyak yang menggap teman-teman disabilitas, khususnya teman netra tidak bisa melakukan apapun karena keterbatasan fisik mereka. Banyak masyarakat yang merasa kasihan, sehingga menggap bahwa segala sesuatu maupun hal kecil hingga hal besar harus dibantu oleh orang non-netra. Apakah kalian tau? Rasa kasihan yang berlebihan itu sebenarnya membuat teman-teman disabilitas, khususnya teman netra itu risih. Mengapa? Karena mereka masih bisa mengambil segala sesuatu sendiri dengan kedua tanganya, mereka masih bisa berjalan kemanapun sendiri dengan kedua kakinya.

            Lantas apa yang perlu di khawatirkan? Mereka itu sama, hanya saja berbeda dalam keadaan fisik. Mereka memiliki otak untuk berpikir, mereka masih memiliki anggota tubuh lainya untuk melakukan aktivitasnya. Mereka hanya perlu di berikan kesempatan dalam berbagai hal. Kesempatan untuk bekerja, kesempatan untuk bersosialisasi, berkesempatan untuk berbicara di depan publik, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, kesempatam untuk mengembangkan potensinya. Bahkan salah satu teman netra kini menjadi pengurus di divisi public relations organisasi Ruang Internasional.

“Berilah kami kesempatan, kami akan memberikan yang terbaik” Kalimat terucap dari salah satu mulut teman netra.

Semua manusia berhak untuk mendapatkan kesempatan, terlepas dari keterbatasan fisiknya. Saya bersyukur dapat mengikuti program Jurnalisme Berkebangsaan ini. Melalui program ini, saya bisa menceritakan suatu hal yang menginspirasi saya dan sebagai wadah untuk melanjutkan aspirasi teman-teman netra. Dengan tulisan ini, berharap dapat menginspirasi masyarakat Indonesia, khususnya bagi pemuda calon penerus bangsa agar lebih peka terhadap sekiranya, khususnya kepada teman-teman penyandang disabilitas. Berikanlah mereka kesempatan untuk berkarya dan mereka akan memberikan yang terbaik atas kesempatan yang sudah mereka dapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun