Mohon tunggu...
Aprilia Safira
Aprilia Safira Mohon Tunggu... Lainnya - --

nn

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Revolusi Mental Semenanjung Korea atau Ancaman Baru?

4 Mei 2018   11:02 Diperbarui: 4 Mei 2018   11:18 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang Korea merupakan salah satu pemicu konflik berkepanjangan yang terjadi diantara 2 negara di Semenanjung Korea tersebut yaitu antara Korea Utara dengan Korea Selatan. Setelah perang dunia II, pada tahun 1945, Korea dibagi menjadi Korea Utara dan Korea Selatan yang dikenal dengan Paralel 38. Perang tersebut terjadi sejak 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. 

Perang terebut juga merupakan salah satu bentuk proxy war yang terjadi antara Amerika Serikat dengan Cina. Korea Selatan dengan sekutu Amerika Serikat dan Korea Utara dengan Cina. Dalam perang ini Rusia ikut andil dalam hal penasihat perang, pengadaan persenjataan dan pilot pesawat untuk pasukan Korea Utara dan Cina.Hubungan yang dingin antara Korea Utara dan Korea Selatan sudah berlangsung lama. Kedua belah pihak juga menyepakati zona netral yang disebut Zona Demiliterisasi untuk memisahkan kedua negara.

Meskipun pada tahun 1953 kedua negara sepakat untuk melakukan gencatan senjata namun ketegangan antara kedua negara tersebut berlarut - larut hingga beberapa tahun. Korea Utara misalnya, negara tersebut sudah beberapa kali melakukan peluncuran rudal nuklirnya ke arah Korea Selatan yang membuat hubungan dikedua negara semakin memanas. Kim Jong-un semakin gencar melakukan uji coba rudal.

Meski sudah diberlakukan sanksi oleh PBB, tetapi Korea Utara memilih tak dihiraukan. Untuk tahun 2017 lalu saja, Korea Utara sudah lebih dari dua kali melakukan uji coba rudal. Selain itu, tuduhan Korea Selatan bahwa Korea Utara terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-nam juga menambah ketegangan kedua negara.

Terlepas dari ketegangan keduanya, beberapa pembicaran pernah digelar. Kim Jong Il pernah mengadakan dua pertemuan bersejarah dengan Korsel pada 2000 dan 2007. Perundingan tersebut gagal menghasilkan keputusan yang signifikan.

Momen bersejarah di Semenanjung Korea baru saja terjadi ada Jumat 27 April 2018 lalu ketika Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri pemimpin kedua negara ini. Untuk pertama kalinya sejak perang Korea berhenti pada 1953 dan berstatus gencatan senjata, pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un menginjakan kaki di wilayah Korea Selatan.

Kim Jong Un melakukan perjalanan bersejarah melintasi garis damarkasi militer-garis yang ditetapkan secara jelas sebagai batas resmi wilayah darat kedua negara. Disini merupakan zona bebas militer dikedua negara tepatnya di desa Panmunjom.

Pertemuan ini merupakan salah satu peristiwa paling dramatis dan penting dalam sejarah Asia Timur baru - baru ini. Diluar acara simbolis jabat tangan dan penanaman pohon deklarasi bersama kedua negara bahwa perjanjian damai akan disepakati tahun ini dan bahwa kedua negara menyetujui denuklirisasi yang menandai perkembangan paling penting dalam hubungan Korea sejak gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea pada 1953.

Dalam hal ini bisa kita lihat Korea Utara ternyata memiliki kemampuan diplomasi yang lebih canggih daripada yang diperkirakan oleh banyak pengamat. Pertemuan penting seperti ini biasanya membutuhkan berbulan-bulan untuk perencanaan dan negosiasi, namun kedua pihak hanya dalam beberapa minggu mengatur pertemuan tersebut.

Terlepas dari deklarasi kedua negara bahwa mereka berniat untuk melakukan denuklirisasi, belum jelas hingga saat ini apakah kedua belah pihak mengartikan sama hal tersebut. Apakah Kim bersedia untuk mengurangi kemampuan nuklirnya, masih belum jelas.

Satu hal penting lainnya dari pertemuan tersebut adalah bahwa kedua pempimpin tersebut saling aktif untuk mengejar pertemuan baik dengan AS atau dengan Cina. Ini merupakan salah satu yang dapat diartikan negatif : bahwa diskusi tentang hubungan antar kedua negara di Semenanjung Korea ini tidak sepenuhnya bilateral. Bagaimanapun juga pertemuan tersebut tidak dapat diselesaikan tanpa keterlibatan langsung antara AS dan Cina sebagai sekutu dari kedua negara tersebut.

Sebagai negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Korea Utara dan punya akar dukungan ketika Parang Korea meletus, Cina mengatakan pertemuan bersejarah itu merupakan langkah signifikan untuk memastikan perdamaian dan stabilitas jangka panjang di Semenanjung Korea.

Ucapan selamat juga datang dari Donald Trump melalui kicauannya di akun twitter pribadinya. Sebagai kepala negara AS, ia memposting tentang berakhirnya Perang Korea dan mengajak semua pihak untuk ikut bangga dengan apa yang terjadi di Korea.

Ditengah kabar optimisme perdamaian di tanah Semenanjung Korea ada kewaspadaan dari perjanjian denuklirisasi bagi kubu Amerika Serikat. Apakah denuklirisasi yang dipakai Korea Utara tak lebih dari sekadar upaya jangka panjang Pyongyang untuk menggembosi kekuatan AS yang selama ini menyokong Korea Selatan? Perlu dingat tahun lalu Kim pernah berpidato mengenai kekuatan nuklir Korea Utara yang tidak mungkin ditarik mundur.

Jadi, meski pertemuan Kim-Moon tampak penting dan bersejarah, kedua pemimpin tersebut tidak sendirian memegang kunci untuk masa depan negara mereka. Terlepas dari kenyataan geopolitik yang gelap ini, langkah maju kedua pemimpin tersebut tetap sangat penting. Bahwa kedua Korea sedang berbicara lagi adalah kemajuan itu sendiri---dan sepertinya mereka akan terus berbicara. Membangun kepercayaan adalah yang terbaik yang dapat diharapkan dari pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun