"Dia (dokter) resepin aspirin. Setauku kan bumil enggak boleh aspirin. Jadi aku tanya kenapa. Ternyata penjelasannya begitu, buat melancarkan darah ke plasenta. Emang cuma seminggu konsumsinya enggak boleh keterusan ntar bleeding jadi prematur donk," cerita Ibu F.
Maka pada usia kandungan 38 minggu, ibu F melahirkan bayinya secara persalinan pervaginam.
Masalah yang terjadi ketika bayi dilahirkan dengan BBLR
Baik bayi BBLR yang lahir secara sectio caesaria maupun pervaginam, biasanya punya masalah. Pertama, masalah menyusui yang saya ceritakan pada saat saya memulai artikel ini.
Ibu T dan Ibu F sama-sama mengalami kesusahan menyusui ketika awal-awal kelahiran bayi mereka. Mulut bayi yang kecil, serta kondisi fisik dan psikis yang lelah setelah melahirkan, membuat proses menyusui bayi BBLR tidak mudah.
"Anakku ada tongue tie sebenarnya. Tapi saat itu aku dan suami enggak mau tindakan dulu, yakin aja si anak pasti bisa nyusu. Sampai sekarang alhamdulillah masih lancar nyusunya. Lidahnya juga makin panjang kalau aku lihat," cerita Ibu T.
Sekadar informasi, tongue tie adalah kasus di mana ada kelainan berupa kondisi frenulum atau jaringan tipis atau tali di bawah lidah bayi terlalu pendek. Frenulum yang pendek ini membuat bayi kesusahan menggerakkan lidahnya ke sisi-sisi lain. Sehingga, bayi-bayi dengan tongue tie akan susah mendapatkan puting payudara ibunya. Akibatnya, bayi susah mendapat asupan ASI.
Apabila ibu menginginkan bayinya lancar menyusu maka ada beberapa pilihan tindakan, antara lain:
1. Menggunting jaringan tipis yang melekat ke dasar mulut (frenotomi atau insisi).
2. Berlatih menyusu terus. Sebab lidah bayi memang bisa diibaratkan sebagai karet gelang. Awalnya kaku, namun jika berlatih menyusu terus atau diregang-regangkan secara perlahan dan konsisten, maka lidah pun akan jadi lentur.
Ibu T memilih cara kedua.Â