Mohon tunggu...
April Hamsa
April Hamsa Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Blogger at https://keluargahamsa.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bayi Berat Badan Lahir Rendah, Bisakah Bertumbuh dan Berkembang Normal?

9 November 2018   23:24 Diperbarui: 7 November 2021   19:31 10458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agar bayi BBLR bertumbuh dan berkembang normal. Sumber gambar: Pixabay.

Kedua, masalah terletak pada janin sendiri. Selama kehamilan mungkin si janin ini terinfeksi bakteri atau virus. Lalu, tak bisa dihindari pula takdir berupa kelainan bawaan, seperti kelainan kromosom.

Ketiga, terjadi masalah pada plasenta atau yang biasa disebut sebagai ari-ari. Plasenta merupakan organ yang memungkinkan janin menerima nutrisi dari asupan ibunya. Apabila terjadi kelainan pada plasenta, maka janin akan kesulitan mendapat nutrisi. Akibatnya, terjadi PJT. Sebagaimana kasus yang dialami oleh kenalan saya, Ibu T (28 tahun). 

Anak pertama dan sementara semata wayang Ibu T ini dulu lahir pada usia kandungan 38 minggu dengan berat 2.300 gram. Penyebabnya adalah masalah pada plasenta, tepatnya preeklamsia. Preeklamsia biasanya terjadi karena ibu hamil menderita tekanan darah tinggi dan kelebihan kadar protein dalam urine.

"Dulu BBLR karena kena preeklamsia sejak usia kehamilan delapan bulan. Sehingga penyerapan nutrisi ke baby kurang bagus. Pertumbuhan berat badan bayi saat di kandungan jadi lambat banget," tutur Ibu T.

Namun, Ibu T mengatakan bahwa kala itu kondisi urine baik-baik saja. Kadar protein cukup normal.

"Waktu itu saya cek darah dan urine. Cek urine untuk melihat kadar protein dalam urine. Karena kalau kelebihan protein itu bisa jadi salah satu penyebab preeklamsia. Tapi ternyata semua normal. Jadi penyebab preeklamsianya murni bawaan kehamilan. Waktu itu cuma direkomendasikan makan mentimun dan bed rest, serta diresepkan obat penurun darah tinggi," jelas Ibu T.

Ibu T lalu bercerita bahwa kondisi tersebut terpaksa membuatnya melahirkan secara sectio caesaria. Yakni suatu cara melahirkan di mana dokter kandungan menyayat area perutnya sedemikian rupa, setelah sebelumnya menerima suntikan anestesi epidural. 

"Kelahiran SC di minggu ke tiga puluh delapan, karena tensi sudah seratus tujuh puluh padahal baru pembukaan satu. Jadi, harus segera dilahirkan agar tensi enggak makin naik," jelas Ibu T.

Namun, tidak semua bayi yang sebelumnya mengalami PJT dalam kandungan harus dikeluarkan secara paksa. Ada pula kasus bayi yang bisa dilahirkan secara normal. Seperti pengalaman Ibu F (38 tahun). Ibu F juga mengalami masalah pada plasenta, sehingga anak keenamnya terlahir dengan BBLR. Berat badannya hanya 2200 gram saja.

"Kenapa anak BBLR? Kayaknya kurang bagus sih asupannya waktu hamil. Sejak di kandungan sudah kelihatan kecil. Ada kemungkinan plasentanya itu agak terhambat untuk menyalurkan makanan. Jadi walau sudah makan macam-macam, yang sampai ke bayi tetap terbatas," Ibu F menjelaskan mengapa janinnya kala itu mengalami PJT.

Ibu F juga menceritakan bahwa dokter kandungannya sempat berusaha memperbaiki kondisi tersebut dengan meresepkan obat tertentu. Namun, tidak berhasil membuat janinnya tumbuh sesuai usia kandungannya saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun