Mohon tunggu...
Aprilia Ciptaning
Aprilia Ciptaning Mohon Tunggu... Jurnalis - Aries

Seorang perempuan yang pernah belajar di bangku perkuliahan Sastra Indonesia. Senang merumahkan perasaan dan peristiwa dalam celetuk-celetuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dino

23 Februari 2020   13:00 Diperbarui: 23 Februari 2020   13:03 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Sampailah pada hari yang telah ditunggu-tunggu. Namun, ada yang menggemparkan sewaktu pengumuman. Di salah satu kota, sebanyak empat puluh peserta ujian dinyatakan tidak lulus. Tentu saja ini menjadi hal baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Angka empat puluh dianggap sebagai jumlah terbanyak dari ketidaklulusan selama ini. Dan semua siswa yang dinyatakan tidak lulus itu, ternyata berasal dari satu sekolah saja, yakni sekolah Dino.

Para komite sekolah, khususnya kepala sekolah, bingung dan kelimpungan memikirkan cara untuk menghadapi pertanyaan dari para wartawan yang datang meliput. Semua guru dan wali murid tidak ada yang tidak menangis, termasuk para siswa yang tidak lulus---mereka bahkan meraung-raung. Hanya satu orang yang tidak menangis, yaitu Dino.

Tidak ada siapa pun yang tahu, bahwa Dino telah menyuruh petugas pembawa map dokumen hasil ujian, untuk menukar lembar jawab yang telah disiapkan Dino. Beberapa hari sebelum ujian dilaksanakan, di tangan Dino telah terdapat ratusan lembar jawab asli yang kosong. Masing-masing berjumlah empat puluh lembar untuk setiap mata pelajaran yang diujikan.

Dino yang tidak pernah mengalami kesulitan dalam hal finansial, tentu dengan mudah membeli lembar jawab dari pihak yang bersangkutan. Pada malam hari di kala teman-temannya sedang berkutat dengan materi ujian, di rumahnya sendiri ia sibuk mengisi puluhan lembar jawab kosong dan menuliskan setiap nama temannya lengkap dengan identitas lainnya, lantas mengarsir penuh semua lingkaran A,B,C,D, dan E di kolom jawaban. Ia tidak merasa kelelahan sedikit pun, sebab itu telah menjadi bagian dari rencana yang diinginkannya.

Usai ujian berlangsung, Dino akan menemui petugas yang telah dibayarnya untuk menukar map yang berisi lembar jawab teman-temannya, dengan lembar jawab yang telah dipersiapkan Dino pada malam harinya. Alhasil, ketika dilakukan pengoreksian serentak melalui komputer, datanya menunjukkan tidak ada satu pun yang lolos dari standar.

Tak seorang pun menyangka bahwa Dino adalah otak sekaligus dalang utama di balik peristiwa itu. Sebab sulit dipercaya, seorang anak SD telah merencanakan sesuatu dengan sangat rapi dan terstruktur.

Di balik itu semua, setahu teman-temannya, perkiraan Dino tidak pernah melesat. Jadi, mereka semua percaya dengan prediksi Dino---satu minggu sebelumnya, mereka telah mendapatkan kunci jawaban dari Dino dan menghafalkannya secara sembunyi-sembunyi.

***

Berbondong-bondong orang mendatangi rumah Dino---para guru dan siswa beserta orang tua masing-masing---bersiap menghakimi dan menuntut pertanggungjawaban. Tiga puluh sembilan siswa itu mengadu bahwa Dino telah memberi jebakan. Mereka bahkan tidak peduli, kalau Dino termasuk dari siswa yang tidak lulus. Tetapi rupanya, pencarian itu tidak berhasil. Dino tidak ada di rumahnya.

Keesokan harinya, tatkala penjaga sekolah baru akan memulai aktivitas bersih-bersih, ia menemukan seorang bocah yang masih mengenakan seragam sekolah, tewas gantung diri di sebuah kamar mandi dengan meninggalkan secarik kertas berisi tulisan tangan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun