Mohon tunggu...
Cak Koekoeh
Cak Koekoeh Mohon Tunggu... Administrasi - Researcher

"Banyaknya ilmu yang beterbangan diatas kepala kita, maka ikatlah dengan tulisan"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dagelan Ala Istana

17 Desember 2015   16:40 Diperbarui: 17 Desember 2015   16:40 1977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melonjaknya beberapa harga komoditi akibat tergerusnya nilai rupiah terhadap dolar berimplikasi pada beberapa industri yang melakukan PHK terhadap karyawannya menambah kuat hantaman yang diterima oleh masyarakat.

Perekonomian global yang masih tidak tentu arah, tidak selesainya konflik di Timur-Tengah serta sedikit “senggolan” dari Tiongkok masalah klaim kepulauan Natuna yang membuat suhu beberapa negara kawasan meningkat ditambah beberapa konflik dari dalam negeri memang membuat beban kerja Presiden dan para stafnya lebih berat.

Untuk mengurangi tekanan tersebut memang perlu dilakukan sebuah penyegaran pikiran dan rasa hati, salah satunya dengan menghadirkan dagelan yang sebenarnya dengan mengundang para maestro lawak tersebut ke istana negara. Dan istana selama Joko Widodo menjadi “Raja” didalamnya tidak lagi menjadi tempat yang angker bagi rakyatnya, baik dari golongan pebisnis kelas atas hingga rakyat jelata bisa masuk istana dan bertatap muka dengan rajanya.

Ini memberikan pesan bahwa jika sebuah dagelan tidak ditujukan pada tempat dan orang yang tepat malah merusak dan menurunkan nilai dari sebuah dagelan tersebut. Dagelan yang sebenarnya tentunya berisikan oleh para komedian yang bersih, apa adanya dan tidak sarat muatan politik berbeda dengan “dagelan” yang salah tempat dimana para “komedian” tersebut penuh dengan trik dan intrik serta muatan politis untuk kepentingan pribadi atau golongan, makanya seorang komedian tidak akan pernah bisa menjadi politikus seperti kegagalan Andre di pilkada dan kegagalan Eko Patrio menjadi legislatif untuk kedua kalinya. Mungkin ada baiknya para “komedian” di republik ini mencontoh komedian yang sesungguhnya dalam memainkan peran politiknya.

Selain menanamkan jiwa revolusi mental kepada seluruh rakyatnya, nampaknya Presiden juga ingin membagi rasa humoris terhadap masyarakat agar tidak melulu tegang dalam menjalani kehidupan. Ketika orang itu bisa tertawa maka angka harapan hidupnya juga akan meningkat, karena tertawa itu menyehatkan.

Maka tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun