MAJU-nya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki bangsa tersebut. Dengan adanya bonus demografi yang dimiliki oleh suatu bangsa, maka momentum tersebut, merupakan kesempatan emas dalam membangu suatu bangsa yang bermartabat. Dimana dengan adanya kebersamaan yang saling melengkapi, menjadikan hidup ini terasa semakin indah dan mempunyai nilai guna yang lebih bermanfaat.
Kenyamanan dalam tatanan kehidupan akan hilang, bila nilai-nilai kebersamaan serta etika moral telah hilang dalam tatanan kehidupan masyarakat. Dimana dengan ikatan etika moral, akan membuat ketentraman serta kenyamanan akan tumbu dalam kehidupan bermasyarakat. Namun apabila ikatan kekuatan tersebut telah dicerai berai oleh golongan perusak yang hanya memikirkan kepentingan diri dan kelompoknya, maka ketentraman dan kenyamanan yang ingin dicapai semakin jauh dari harapan.
Â
Munafiq merupakan sifat dari seseorang melekat pada dirinya yang terlihat secara lahiriah atau jasmaninya beriman, tetapi dalam hatinya menentang atau kafir. Golongan munafik apabila berbicara ia berbohong, bila berjanji mengingkari dan bila diberi amanah  berkhianat. Prilaku buruk yang telah membawa dirinya kembali kepada kesesatan sering ditutupi dengan pencitraan seakan-akan kaum munafik tersebut bagaikan pahlawan yang popular.
Sifat tercela yang mana bersikap plin-plan yaitu tindakan  lain di mulut dengan apa yang tertanam dalam dihati, hal tersebut sangat dibenci oleh Allah SWT sehingga diakhirat ia akan dijadikan sebagai bahan bakar panasnya api neraka. Siksa yang pedih diberikan kepada kaum yang sombongan dan berani menutupi kebenaran  untuk kembali kepada kemungkaran merupakan  hukuman yang pantas diterima kaum munafik tersebut.
Allah SWT dalam QS An-Nisa' ayat 88 mengingatkan, maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik, padahal Allah telah mengembalikan mereka kepada kekafiran disebabkan usaha mereka sendiri. Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang yang telah dibiarkan sesat oleh Allah. Barang siapa diberikan sesat oleh Allah, kamu tidak akan mendapatkan jalan untuk memberi petunjut baginya. Penegasan dari pencipta langit dan bumi serta seluruh isinya ini agar umat Islam untuk dapat bersatu padu dalam melawan kemungkaran dimuka bumi ini.
Kaum yang sering ingkar terhadap janji yang diucapkan, membuat tatanan kehidupan masyarakat mengalami ketidak pastian. Kebohongan yang sering dilakukan terutama untuk menutupi kebohongan yang pernah dilakukan, membuat dirinya terombang ambing dalam kesesatan yang nyata. Sehingga mereka menginginkan agar semua manusia menjadi munafik agar sama seperti mereka. Allah SWT mengingatkan agar kita tidak menjadikan mereka sebagai teman setia dan penolong dalam berbagai aktivitas. Cukuplah Allah SWT sebagai penolong dari setiap persoalan yang kita hadapi.
Orang beriman diharapkan menjadi penegak keadilan dan menjadi saksi karena Allah SWT sangat senang kepada orang-orang berlaku adil. Bahkan kepada musuh yang telah nyata kesesatanya, apabila ia tidak memerangi serta menghalang-halangi umat muslim untuk beribadah di Rumah Allah disuruh untuk berlaku adil. Anjuran yang sangat mulia tersebut menandakan bahwa Islam itu agama "Rahmatan Lilalamiin".
Kebajikan atas kesempurnaan dari ajaran Islam, jangan sampai dikotorkan oleh pikiran jorok dari kaum munafik yang sangat cinta dunia secara berlebihan. Untuk dapat menguasai materi serta jabatan yang sangat diinginkan, mereka sering menghalalkan berbakai tindakan termasuk menjual kalam ilahi dengan harga murah. Sehingga Allah SWT mengingatkan agar kita jangan menjadikan teman terhadap kaum yang sudah dimurkai oleh Allah SWT.
Sikap ingkar janji yang sering dilakonkan oleh kaum munafik, harus menjadi pembelajaran yang sangat penting bagi umat muslim. Jangan sampai janji-janji manis yang dilontarkan "menina bobokkan"Â umat Islam dalam beribadah dimuka bumi ini. Kedustaan yang sudah menjadi kebiasaan dari prilaku kaum munafik sering membuat umat muslim terjebak dalam tindakan kenistaan. Bahkan dengan pogahnya mereka memecah belahkan umat Islam sehingga memutuskan tali silaturahhim yang telah terbina dengan baik.
Sering sekali kepercayaan serta amanah yang dititipkan kepada kaum munafik dilaksanakan dengan khianat yang nyata dengan tidak melaksanakan amanah tersebut sebagai mana sumpah janji yang diucapkan ketika ia dilantik. Bahkan bila ada yang mengingatkannya dengan melakukan kritikan membangun, sering disikapi dengan pembungkaman serta hukuman yang berlebihan bagi mereka. Tindakan represif yang dilakukan agar tidak ada lagi yang berani untuk mengkritisi berbaga kebijakan yang diperbuatnya.
Rasa enggan dan malas untuk beribadah, dan sifat dari kaum munafik yang sering mempropaganda terhadap berbagai perbedaan kebiasaan dalam ibadah sunah dengan membenturkan terhadap perbedaan yang ada agar menimbulkan permusuhan yang panjang. Propaganda tersebut dilakukan agar para jamaah tidak lagi konsen untuk mendirikan ibadah dengan baik. Sehingga kaum munafik dengan leluasa dapat meninggalkan ibadah dengan alasan adanya perbedaan tersebut.
Kaum munafik tidak pernah sungkan untuk berjanji atau mengucapkan sumpah agar orang percaya terhadap ucapannya, padahal yang diucapkanya merupakan sumpah palsu. Berbagai cara dilakukan agar orang percaya terhadap kaum yang akan dilaknat oleh Allah STW kelak atas kemungkaran yang dilakukan. Agar ia memperoleh keuntungan kebiasaan dari kaum munafik siap melakukan apapun ia berusaha untuk memperoleh kepercayaan. Ketika kepercayaan sudah diraihnya, baru ia berkhianat  dengan harapan memperoleh keuntungan materi dunia.
Menumpuk-numpuk materi merupakan kebiasaan yang dilakukan kaum munafik, dimana bisikan ketakutan akan miskin yang selalu terngiang ditelinganya membuat ia tamak terhadap materi dan cita dunia yang berlebihan. Untuk memperoleh kenikmatan sesaat tersebut, siap menggadaikan apapun termasuk persahabatan serta kebenaran itu sendiri. Prilaku kalap dan gila harta, tahta dan wanita, menjadikan tindakan yang dilakonkan semakin tidak rasional.
Kemungkaran yang begitu luar biasa, sehingga pantas Allah SWT tempatkan kaum munafiq tersebut sebagai bahan bakar neraka. Kerusakan yang begitu luar biasa telah dilakukan, tidak membuat dirinya menyesal bahkan terus merasa tidak cukup sehingga lupa untuk mensyukuri apa yang telah ia peroleh. Â Runtuhnya tatanan kehidupan peradaban masyarakat yang dilakukan, menjadikan ikatan kekerabatan tergantikan dengan materi.
Parameter kesuksesan dalam kehidupan masyarakat diukur dengan jumlah materi serta pangkat dan jabatan yang dimiliki seseorang. Sehingga banyak orang yang selalu mengejar materi dan kesenangan hidup didunia  menjadi tolak ukur keberhasilan kinerja seseorang. Bahkan ada yang rela mengorbankan keimanannya untuk dapat merengkuh sedikit materi dunia. Dengan adanya materi, serta jabatan seolah-olah hidup semakin baik dan sejahtera.
Kekeliruan yang telah diwariskan dalam kehidupan singkat ini,  hendaknya dapat diperbaiki dengan arif dan bijaksana. Ketamakan terasa baik bagaikan fatamorgana saat teriknya matahari seolah-olah adanya air dalam pandangan didepan. Namun ketika didatangi, tidak ada dijumpai setetes air pun ditempat tersebut. Untuk itu perlu selalu didengungkan agar lebih mengedepankan kebajikan yang rasional. Moga derap langkah  kaum munafiq yang selalu meretasan ikatan moral bangsa, dapat dibendung dengan meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H