“hahahha.. pantes roda roda gitu namanya” dia terbahak lagi.
“brengsek!”
Lampu motor membelah kegelapan remang kota, kami mulai memasuki jalan raya yang lengang dengan lampu lampu penerangan jalan yang tidak lagi berfungsi. Tiba tiba laju motor David mulai kurang ajar, kecepatannya membuat dadaku kembang kempis. Ku lirik speedometer, aku makin kalang kabut.
“Ce!! Brengsek!” volume suara ku tinggikan, semabari ku tepuk pinggul David agak bertenaga.
“Kalo lu mau mati, jangan bawa bawa gue!” tambah ku lagi.
“Berhenti!!” sentakku, David melirik agak bingung.
“Berhenti!! gue jalan kaki aja, udah deket ini” tambahku lagi, namum motor masih melaju.
David yang sedikit kebingungan mulai mengerti apa maksudku.
“Hahaha.. gila lu cemen baru juga 120”
“120 apanya tadi hampir batas akhir itu jarum! 160!!” bantahku
“Bukan gitu Ce ini jalanan masih basah, licin brengsek, lu mau bunuh gue??!” David malah terlihat kegelian dan terbahak.Brengseeeeeeeeeeeekkk
“Yaudah, gue pelanin nih, liat” tangan kirinya menunjuk ke speedometer, dadaku mulai lega melihat jarum merah itu di angka 80.