Mohon tunggu...
Aprianne Ade
Aprianne Ade Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN SUNAN AMPEL

Mahasiswi biasa yang sedang menyelam dalam dunia kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cahaya Purnama

27 Juli 2023   23:42 Diperbarui: 27 Juli 2023   23:47 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bukan, bukan begitu. Maksudku, tentunya menunggu umur yang menjemput" Jantung nya berirama dahsyat. Debarannya sangat kuat tak karuan ketika sosok itu hanya diam setelah ia mengatakan dua kalimat barusan. Apakah jangan-jangan dia adalah malaikat penjemput maut? Batinnya resah. Kalau memang benar, ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Seperti di siksa misalnya?

"Kalau begitu bersiaplah"

Ah, benar ya yang di fikirannya. Apakah selanjutnya ia akan disiksa? Jantung nya terus berdebar kencang dan bersamaan dengan itu, kedua matanya terpejam erat kala sosok yang dihadapanya terus maju mendekat padanya sampai cahaya dari sosok itu dirasa sudah menghilang namun ia tak merasakan apapun. Yang ia dapati malahan suara pemuda yang sepertinya sangat dekat padanya. Ia membuka mata dan netranya menangkap sosok pemuda dengan raut wajah khawatir duduk disampingnya. "Astaga syukurlah kau sudah bangun paman sam". Ternyata pemuda itu adalah juniornya, rekan shift kerja malam di minimarket tempat kerjanya. 

"Siapa yang kau panggil paman?"

"Ah maaf sebelumnya. Tapi aku panik saat kau pingsan tadi. Seperti nya kau kelelahan"

Dirinya pingsan? Kapan itu terjadi? Oh tunggu, jadi ia hanyalah bermimpi? Soal ia yang sudah pulang bekerja ternyata ia masih dalam waktu shift malamnya nya. Dan tentunya soal sosok bulan purnama. Kepalanya sangat pusing memikirkan hal-hal diluar nalar yang ia alami. Tangan kanannya refleks memegang kepalanya yang berdenyut.

"Istirahlah paman, shift kita sudah selesai. Jangan khawatir aku bisa mengatasi semuanya tadi hehe" 

"Bocah ini" walaupun begitu ia tetap saja tersenyum. Hatinya menghangat ketika ia menyadari bahwa setidaknya ia hidup tak sebatang kara. Ia masih memiliki orang yang peduli dengannya walaupun tak banyak. Selanjutnya ia berjanji akan hidup lebih bersemangat lagi dan berbuat baik kepada orang-orang di sekitar nya. Tak lupa ia akan mendatangi sungai menenangkan itu ketika ia menghadapi situasi sulit. "Terimakasih"

"Berterimakasihlah dengan diri paman sendiri"

Identitas Penulis :

Nama : Aprianne Ade Pramesti

Email : yooji.ayanne@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun