Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita-wanita Korban Keegoisan Lelaki

17 Oktober 2020   06:08 Diperbarui: 12 Desember 2020   22:28 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Okta menahan diri untuk tidak menangis, bagaimanapun dia jangan  terlihat lemah, karena harus menguatkan Dea sebagai kliennya. Okta hanya mengusap tangan Dea untuk meyakinkan, bahwa dia akan membantunya.

Setelah agak tenang, Dea meneruskan kisahnya. Pram sering berganti-ganti membawa wanita malam ke rumahnya dan minum minuman keras. Jujur Dea sudah tidak tahan dengan perlakuan Pram. Dea lalu minta cerai. Pukulan dan pukulan selalu diterimanya. Pram tidak mau menceraikannya dengan alasan malu dengan keluarga besar, tetangga dan anak buahnya, yang lebih utama menjaga nama baiknya sebagai seorang manager.

Di luar orang melihat keluarga mereka harmonis tapi tidak didalamnya, pertengkaran demi pertengkaran selalu terdengar di rumah itu. Pram pintar mengambil hati kedua orangtua Dea. Mereka sering dihubungi Pram dan memutarbalikkan fakta. Bahwa Dea minta cerai karena ingin menikah dengan laki-laki lain. Bahkan adik dan kakaknya Dea sudah dihasutnya.

Orangtua Dea, terutama ibunya lebih percaya pada Pram dibanding anaknya sendiri. Di depan Dea, senyum kemenangan selalu diperlihatkan Pram.

Dea merasa sendiri, bahkan anak-anaknya sudah dihasut oleh Pram sebagai ayahnya, bukan tanpa alasan Dea belum bercerita ke yang lain, sebab ia tidak ingin melibatkan orang luar untuk permasalahan rumah tangganya. Tapi tidak dengan Pram, laki-laki itu selalu mencari simpati untuk menutupi kesalahannya.

Okta menjadi pendengar yang baik, tak sedikitpun perkataan Dea diselanya sampai Dea selesai bercerita, terlihat bebannya sedikit  berkurang. Okta melihat Dea lebih tenang dibanding awal kedatangannya tadi.

Setelah tenang dan menerima masukan Okta. Dea memeluk Okta dan berjanji akan melaksanakan nasehat Okta dan 14 hari ke depan akan menemuinya kembali.

Hujan telah berhenti. Dea kliennya sudah pulang. Tinggal Okta sendirian, ia menangis sesenggukan, ia pun butuh pertolongan. Ia menangis sambil meraba kepalanya yang masih benjol dan terasa sakit. Di balik baju panjangnya, badannya babak belur dihajar suaminya, hanya wajah yang sengaja tidak dihajarnya. Karena Nanto suaminya, tau Okta akan menemui klien.

Okta dihajar suaminya, karena ia memergoki suaminya sedang bermesraan dengan Ijah seorang pembantu di rumah mereka.
-----

Pertanyaan penulis, apakah lelaki seperti itu semua?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun