Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persahabatan Dodoy, Didiy, dan Daday

4 Oktober 2020   09:37 Diperbarui: 4 Oktober 2020   09:40 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dodoy, Didiy dan Daday adalah  tiga sahabat, mereka duduk di kelas 5 SD, di daerah Jawa Barat tepatnya di kaki Gunung Ciremai. Dodoy anak juragan roti, bapaknya punya dua pabrik roti yang terkenal di daerahnya. Didiy anak pak Camat yang baru pindah sekitar enam bulan yang lalu sedang Daday anak kepala sekolah tempat ia bersekolah.

Dodoy anak laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut sedikit ikal. Didiy dan Daday anak perempuan yang sama-sama berkulit hitam manis, Didiy berambut keriting sebahu sedang Daday berambut lurus dan pendek.

Sebelum berteman dengan Didiy, Dodoy dan Daday sudah berteman akrab karena rumah mereka berdekatan. Mereka berdua punya teman namanya Ijah. Ijab bertubuh kurus dan berkulit hitam.

Setiap hari Dodoy selalu membawa roti yang dia bawa dari rumahnya, biasanya roti itu dibagikan pada Daday dan Ijah. Sifat Ijah serakah ketika di beri roti oleh Dodoy, Ijah selalu minta dua bagian bahkan sering merebut roti Daday, sampai menangis. Ijah sering mentertawakan Daday, Ijah ingin Dodoy hanya berteman dengannya.

Lama-lama Dodoy tidak nyaman berteman dengan Ijah, karena Dodoy mendengar Ijah selalu berkata bahwa ia tidak pernah diberi roti oleh Dodoy. Semua diberikan pada Daday. 

Ijah menghasut teman-temannya agar menjauhi Daday dan Dodoy. Ijah selalu menjual kesedihan, karena ia memang orang tak punya kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan dan ia tinggal dengan neneknya.

Orang-orang percaya omongan Ijah, mereka menelan bulat-bulat dan terhasut oleh Ijah. Apalagi setelah ada anak baru bernama Didiy, yang akhirnya bersahabat dengan Dodoy dan Daday.

Mulut si Ijah semakin tajam, Didiy yang tidak tau menau dijauhi teman sekelasnya. Mereka berpikir Dodoy dan Daday tidak mau bersahabat dengan Ijah karena Didiy.

Mereka bertiga tidak perdulikan omongan si Ijah, yang selalu bilang ia yang menjauhi Dodoy dan Daday  karena Dodoy bukan anak yang baik, pilih kasih dan tidak mau membagi roti padanya. Dan roti Dodoy ga enak, Ijah ga doyan, bikin sakit perut dan banyak tentetan kebohongan lainnya.

Dodoy, Daday dan Didiy semakin lama semakin kompak, hati Ijah semakin panas emosinya semakin tidak terkontrol, setiap hari tak bosan-bosan ia membuat kebohongan sampai teman-teman yang dulu simpati merasa bosan mendengarnya.

Lambat laun teman-teman Ijah melihat Dodoy, Daday dan Didiy tidak seperti yang Ijah ceritakan, karena mereka bertiga baik pada setiap orang, mereka tak pernah membicarakan Ijah. Mereka sering berbagi makanan dan bermain bersama.

Sekarang Ijah sering berdiri sendirian di pojokkan, tak ada teman yang mau bermain dengannya, teman-temannya bosan dengan hasutan Ijah yang pintar membolak balikkan fakta. 

Ijah merana seorang diri mau bergabung rasa gengsi lebih besar. Karena mulutnya sendiri dia terpuruk sendirian, mencari simpati dengan menghasut dan menjual kesedihan.

Ia malu Didiy yang ia benci diam-diam sering membantunya.

 
ADSN1919

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun