Sekarang Ijah sering berdiri sendirian di pojokkan, tak ada teman yang mau bermain dengannya, teman-temannya bosan dengan hasutan Ijah yang pintar membolak balikkan fakta.Â
Ijah merana seorang diri mau bergabung rasa gengsi lebih besar. Karena mulutnya sendiri dia terpuruk sendirian, mencari simpati dengan menghasut dan menjual kesedihan.
Ia malu Didiy yang ia benci diam-diam sering membantunya.
Â
ADSN1919
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H