Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Bercerai Itu Tabu? (Bagian Empat)

14 September 2020   18:43 Diperbarui: 14 September 2020   18:47 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di mata mereka, perbuatan dosa itu halal asalkan tidak terlihat oleh mata manusia lainnya. Seperti pernikahannya dengan Lelaki yang di mata Fani itu tak lebih dari anak manja yang begitu takut melihat kenyataan dunia.

Entah sudah berapa kali ketika sedang emosi, Lelaki itu mengucapkan kata-kata cerai dan talaq tapi ketika sudah reda amarahnya dengan gampangnya dia mengatakan, “Ah itukan cuma ucapan ketika sedang emosi, lagipula tidak ada orang lain ini yang mendengarnya.”

Fani sadar bahwa sudah sejak lama sebenarnya hubungan rumah tangganya itu sudah tidak lagi syah di mata Agama. Sebab, bukan hanya perlakuan dari Lelaki pengecut itu yang membuatnya sudah tidak mungkin lagi bisa menerima kehadiranya atas nama cinta. 

Tapi memang Fani sadar bahwa jika di ibaratkan hubungan rumah tangga ini adalah seperti halnya ibadah salat berjamah yang sedang mereka kerjakan, maka sudah pasti ibadah salat berjamaah yang tengah mereka kerjakan itu tidak syah di mata Tuhan. 

Sebab antara Imam dan Makmum sudah tidak lagi seirama, Imam sujud makmum rukuk, begitukun sebaliknya. Tapi Lelaki itu selalu menekan Fani agar terus berpura-pura tengah melakukan salat berjamah di mata manusia lainnya.


Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Aprianidinni.. Cerita ini berdasarkan pengakuan dari seseorang yang tidak ingin disebutkan nama aslinya, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu hanyalah ilustrasi semata untuk mempermanis cerita dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga tayang di secangkirkopibersama.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun